Cara Mudah

6 Kebenaran Mutlak tentang Diet 5-Factor

6 Kebenaran Mutlak tentang Diet 5-Factor – Jelas aja, buku diet yang beneran bagus nggak bisa dijelasin cuma dalam beberapa kalimat doang. Sebenarnya, justru ringkasan kayak gini yang bikin banyak diet lain jadi salah paham di mata orang-orang. Contohnya diet Atkins. Gara-gara banyak yang nyederhanain, kebanyakan orang yang belum pernah baca bukunya jadi mikir kalau diet Atkins itu artinya harus stop makan karbohidrat selamanya. Padahal, itu jauh banget dari kenyataannya. Bahkan kalau cuma baca sekilas pun, kamu bakal tahu itu nggak bener.

Makanya, kita agak ragu buat menyederhanakan diet apa pun, karena isi bukunya pasti jauh lebih jelas dan informatif. Tapi di sisi lain, nggak mungkin juga kita cuma bilang: “Udah, baca aja sendiri.” Jadi yuk kita bahas sedikit soal Diet 5-Factor ini, dengan catatan ya, ringkasan ini nggak bakal bisa mewakili keseluruhan isi bukunya.

Diet 5-Factor ini dasarnya adalah indeks glikemik. Buat yang belum tahu, indeks glikemik itu semacam cara buat ngukur seberapa besar pengaruh suatu makanan terhadap kadar gula darah kita. Para ilmuwan dan ahli gizi percaya kalau makanan yang bikin lonjakan gula darah tinggi bisa bikin kita makin gampang gemuk, karena bikin kita cepat lapar lagi dan proses pembakaran kalorinya juga lebih lambat.

Nah, diet ini nyaranin buat makan lima kali sehari. Dan tiap kali makan, isinya terdiri dari lima komponen utama (itulah arti angka “5” di nama dietnya). Komponennya adalah: protein tanpa lemak, karbohidrat kompleks, serat, lemak sehat, dan minuman tanpa gula.

Selain pola makan, penulis diet ini, Pasternak, juga sangat menekankan pentingnya olahraga. Ini cukup membedakan diet ini dari banyak diet lain yang biasanya cuma fokus ke makanan, sementara olahraga sering dianggap bonus doang. Padahal, dari sisi pemasaran, masuk akal sih. Banyak orang (terutama di Amerika) udah ogah diet, apalagi disuruh olahraga. Makanya, banyak diet populer yang sengaja nggak terlalu nunjukin pentingnya olahraga biar lebih “laku” di pasaran—meskipun sebenernya itu nggak baik juga buat orang yang ngejalaninnya.

Fokus Pasternak ke olahraga mungkin karena latar belakangnya sebagai pelatih kebugaran. Banyak selebriti Hollywood punya badan keren bukan karena suplemen atau diet aneh, tapi karena mereka rajin olahraga keras tiap hari. Walaupun kita sebagai orang biasa mungkin nggak punya waktu (atau niat) sebanyak itu, tapi sebenernya kita tetap bisa nyempetin waktu buat olahraga lebih dari yang kita kira.

Balik lagi ke rencana olahraganya—dan di sinilah buku ini mulai agak terasa “gimmicky”—program olahraganya juga dibikin supaya sesuai dengan angka 5 itu. Jadi: olahraga 5 hari seminggu, 5 jenis latihan, dan tiap latihan cuma 5 menit. Pertanyaannya, apakah ini beneran kombinasi terbaik buat olahraga, atau cuma dibikin begitu biar cocok sama tema angka 5? Nah, itu terserah pembaca yang menilai. Tapi menurut penulis sih, udah kelihatan jawabannya. Tapi tetap, poin plus buat tetap ngasih perhatian ke olahraga sejak awal. Dan bisa jadi, tema “angka 5” ini justru bikin orang lebih gampang nginget dan ngikutinnya, karena kesannya simpel dan praktis. Dan itu juga patut dihargai.

Berikut terjemahan bagian kedua dalam bahasa Indonesia sehari-hari:

Makanan dalam Diet 5-Factor

Satu-satunya bagian di mana Pasternak agak “melenceng” dari angka lima adalah soal jumlah hari kamu harus disiplin menjalani pola makan ini. Dia nyaranin buat ngejalanin diet ini selama enam hari penuh, dan satu hari sisanya jadi hari bebas — alias cheat day — di mana kamu boleh makan apa aja sepuasnya dari pagi sampai malam.

Baca Juga:  Dasar-Dasar Diet Rendah Karbohidrat dan Cara Sukses Menjalankannya

Di kalangan pecinta fitness, cheat day ini agak kontroversial. Ada yang setuju, ada juga yang bilang sebaiknya dihindari. Tapi cheat day tetap jadi bagian dari program ini, dan selama kamu bisa benar-benar batasi cuma sehari, ya mestinya sih nggak masalah.

Sekarang, balik ke enam hari sisanya. Jadi selama enam hari itu, setiap kali makan harus memenuhi lima komponen gizi yang udah kita bahas sebelumnya: protein tanpa lemak, karbohidrat kompleks, serat, lemak sehat, dan minuman tanpa gula.

Contoh menu yang sesuai bisa kayak gini: sepotong daging sapi tanpa lemak (kayak sirloin), salad kecil, sayur kayak asparagus, dan segelas atau lebih air putih. Tentunya ini cuma satu contoh aja. Ada banyak banget kombinasi makanan yang bisa kamu coba, asal tetap sesuai dengan panduan yang ada di bukunya. Untungnya, Pasternak kasih banyak contoh dan ide menu, jadi kamu bisa mix and match biar nggak bosen.

Cuma Diet Tren Sesaat?

Pertanyaan yang susah dijawab. Kalau kita lihat secara keseluruhan, diet Atkins sebenernya nggak adil kalau dibilang cuma diet tren, tapi nyatanya dia sering banget dijadikan contoh diet yang katanya “cuma tren doang.” Padahal, cuma bagian dua minggu pertamanya aja (yang dikenal sebagai fase induksi) yang emang cukup ekstrem, karena kamu dibatasi banget makan karbohidrat — maksimal 20 gram sehari.

Tapi setelah lewat dua minggu itu, dietnya mulai perlahan nambahin karbohidrat lagi, terutama yang tinggi serat dan termasuk karbohidrat kompleks. Di bagian inilah, diet Atkins mulai masuk akal dan bisa dibilang sehat. Nah, Diet 5-Factor juga mirip. Kalau dilihat secara keseluruhan — mulai dari pola makan, strategi, sampai pentingnya olahraga yang ditekanin — diet ini sebenernya cukup seimbang dan masuk akal. Nggak bisa langsung dibilang diet ekstrem atau tren sesaat.

Tapi, tetep aja ada beberapa hal yang bikin orang ragu. Kenapa?

Soalnya, setiap kali ada program diet yang terlalu teratur dan kaku kayak gini, seberagam apapun pilihan makanannya, lama-lama pasti bakal bikin bosan juga. Namanya manusia, kita butuh variasi dan fleksibilitas. Tapi justru, fleksibilitas ini yang awalnya bikin banyak orang jadi kelebihan berat badan. Karena nggak bisa kontrol diri, akhirnya malah ambil keputusan makan yang nggak sehat. Makanya, diet kayak gini sering berhasil — dalam jangka pendek. Orang merasa hidupnya jadi lebih terkontrol, terutama soal makan.

Tapi walaupun berat badan bisa turun (nggak cuma di Diet 5-Factor ya, tapi di semua jenis diet ketat), gampang banget buat “kecolongan” dan balik lagi ke kebiasaan lama. Karena itulah, setiap diet yang terlalu ketat dan terencana dengan detail tetap harus dilihat, setidaknya sebagian, sebagai diet tren sesaat.

Meskipun begitu, bukan berarti prinsip makan sehat di Diet 5-Factor ini salah. Justru, prinsip dasarnya bagus dan bernutrisi. Tapi diet ini, seperti banyak diet lain, sebenarnya kayak muter-muter buat nyampe ke satu titik yang jelas-jelas udah ada: akal sehat. Atau kita sebut aja Hutan Akal Sehat.

Baca Juga:  Tips untuk Wanita: Cara Memilih Pakaian untuk Anak-anak Anda

Jalan yang sama juga pernah diambil diet lain kayak Atkins, South Beach, The Movie Star Diet, dan masih banyak lagi. Kenyataannya, kalau kamu makan lebih banyak kalori daripada yang kamu bakar, ya kamu bakal gemuk. Tapi kalau kamu makan lebih sedikit, ya kamu bakal kurus. Sesimpel itu. Semua diet ini sebenarnya cuma versi lain dari diet rendah kalori. Cerita soal bakar keton, indeks glikemik, atau makan kayak zaman Yesus hidup dulu itu sebenarnya cuma cara lain buat “membungkus” prinsip dasar tadi.

Apakah itu salah? Mungkin nggak juga. Tapi penting buat pembaca sadar, biar nggak mikir mereka udah nemuin jurus rahasia yang selama ini dicari-cari.

Berikut terjemahan bagian terakhir ke dalam bahasa Indonesia sehari-hari:

Diet 5-Factor dan Umur Panjang

Buat yang baca dengan teliti, mungkin udah bisa nebak berapa lama Harley Pasternak nyaranin kamu buat jalanin diet ini. Tebak tiga kali, dua yang pertama nggak dihitung. Yap, jawabannya: lima minggu. Tapi tentu aja ada catatan kecil—kalau kamu mau turun lebih dari lima kilo, mungkin kamu harus jalanin dietnya lebih lama.

Tapi coba deh, kita pikirin sebentar. Siapa sih yang bakal beli buku diet dan ikut aturan makan yang ketat kayak gini cuma buat nurunin lima kilo doang? Ini contoh lain di mana “gimmick” angka lima itu malah bikin isi buku yang sebenernya cukup bagus jadi agak ketutupan. Tapi ya, namanya juga strategi pemasaran. Mungkin Pasternak nggak bakal diundang ke acara Oprah kalau dia kasih judul bukunya “Pola Makan Sehat yang Masuk Akal” — terlalu ngebosenin kali, ya.

Haruskah Kamu Coba Diet 5-Factor?

Kalau kamu tipe orang yang butuh rencana makan yang terstruktur dan gampang diikutin buat nurunin berat badan, diet ini bisa jadi pilihan yang patut dicoba. Nggak ada yang berbahaya atau nggak sehat dari diet ini kok. Dan kalau diet ini bisa bikin kamu jadi rajin olahraga, ya malah bagus banget.

Tapi ada satu hal yang perlu diwaspadai: karena diet ini lumayan teratur dan ketat, bisa jadi nanti pas kamu mutusin berhenti, kamu malah jadi jijik ngeliat dada ayam rebus atau daging tanpa lemak. Padahal sayang banget kalau sampe gitu. Makanan kayak gitu tuh rendah kalori, sehat, dan harusnya emang jadi bagian dari pola makan siapa aja—nggak peduli lagi diet atau enggak.

Inilah kenapa banyak diet bikin orang frustrasi. Soalnya mereka nganggep diet itu sebagai “jalan pintas” buat kurus, bukan sebagai cara hidup yang lebih sehat secara permanen. Harusnya bukan diet yang jadi “break” dari kebiasaan makan cemilan nggak sehat, tapi sebaliknya: justru makanan kayak keripik jagung dan snack instan itu yang harusnya jadi “treat” sesekali, bukan makanan utama.

Hari Bebas (Cheat Day): Penolong atau Pengganggu?

Buat sebagian orang, adanya cheat day justru bikin diet ini lebih menarik. Tapi buat yang lain, justru sebaliknya. Dan cuma kamu sendiri yang bisa nentuin kamu masuk kategori yang mana.

Ada orang yang cukup punya kontrol diri buat ngerayain cheat day, makan apa aja yang dia mau, lalu besoknya balik lagi ke diet dengan semangat penuh. Tapi ada juga yang begitu cheat day selesai, malah ngerasa susah banget buat balik ke jalur. Buat sebagian orang, cheat day malah jadi jalan keluar buat ninggalin diet sama sekali—dan ini jelas bukan hal yang baik.

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *