Cara Mudah Belajar Rahasia Psikologi Halus
Cara Mudah Belajar Rahasia Psikologi Halus – Pernah nggak sih kamu pernah dipengaruhi buat melakukan atau membeli sesuatu yang akhirnya kamu sesali? Pernah nggak tibatiba kamu berhenti di tengahtengah melakukan kebaikan buat teman, terus mikir, “Kenapa sih aku setuju ngelakuin ini?”
Bisa jadi, seseorang pernah pakai trik yang nanti aku jelasin ini ke kamu. Triktrik ini kerjanya halus banget, karena banyak keputusan dan pikiran kita itu sebenernya terjadi tanpa kita sadarin. Nah, itu yang bikin trik ini ampuh banget.
Kamu mau tahu nggak apa aja triktrik itu? Gimana cara mengenali mereka, supaya kamu bisa stop diri kamu sebelum keburu kejadian, atau malah gimana kamu bisa pakai trik ini buat keuntungan kamu sendiri? Pengetahuan itu langkah pertama, nih.
Daftar isi
- 1 Teknik “Kaki di Pintu” (Foot In The Door)
- 2 Rasa Tidak Nyaman Karena Pikiran Bertentangan (Cognitive Discomfort)
- 3 Strategi Low Ball
- 4 Balas Membalas (Reciprocity)
- 5 Pintu yang Dibanting (The Slamming Door)
- 6 Ringkasan
- 7 Hipnosis untuk Merayu
- 8 Rekayasa Sosial (Social Engineering)
- 9 Konektivitas
- 10 Perintah Terselip
Teknik “Kaki di Pintu” (Foot In The Door)
Orang yang kerja telemarketing sering pakai berbagai cara supaya kamu mau dengerin mereka. Salah satunya adalah trik psikologis yang halus namanya “kaki di pintu”.
Memulai dari Permintaan Kecil
Beberapa waktu lalu aku dapet telpon dari telemarketer. Biasanya mereka langsung kasih janjijanji besar pas aku angkat telpon, tapi yang ini beda.
Pas aku angkat, dia bilang cuma mau ngelakuin survei singkat yang cuma butuh 30 detik. Dia janji nggak bakal minta data pribadi dan nggak nyoba jual apaapa. Aman dan anonim, katanya. Biasanya aku pasti langsung minta maaf dan bilang nggak bisa, tapi 30 detik kok kayaknya nggak lama, jadi aku jawab oke aja.
Nah, itu dia jebakannya. Dia mulai nanyananya hal kecil yang nggak ganggu. Kamu umur berapa? Kerjanya apa? Liburan biasanya kemana? Karena pertanyaannya santai, aku jawab dengan senang hati.
Tapi gak lama, dia mulai nanya halhal yang lebih pribadi.
Di tengahtengah survei, dia bilang cuma tinggal “satu pertanyaan terakhir”. Aku mulai sebel dan curiga karena pertanyaannya makin pribadi. Tapi dia ngomong cepat dan terus nyerocos tanpa berhenti, jadi aku nggak sempat mikir panjang dan terus jawab aja. Di akhir, dia ucapin terima kasih dan tutup telpon. Surveinya makan waktu 5 menit, dan data yang aku kasih itu cukup pribadi.
Aku pikir, “Ya udah, setidaknya dia nggak nyoba jualin apaapa.”
Tapi ternyata itu cuma awalnya aja.
Beberapa hari kemudian, ada orang telpon lagi buat followup. Dia langsung manggil aku pakai nama dan nyebut beberapa data pribadi yang aku kasih waktu survei. Dia sekarang bukan orang asing lagi, malah kayak temen deket. Aku sempat mikir mungkin dia orang yang pernah aku temui tapi aku lupa.
Tibatiba dia ingetin aku soal telpon pertama, dan bilang aku termasuk salah satu dari 10 orang beruntung yang dapet hadiah terbatas. Yang harus aku lakuin cuma dateng ke seminar (tapi aku curiga seminar itu gak cuma dihadiri 10 orang, entah kenapa aku mikir gitu). Aku pernah ikut seminar kayak gini sebelumnya, dan biasanya itu cuma acara panjang yang penuh omongan jualan yang bikin bete.
Baru deh aku sadar, aku udah kena tipu sama trik dasar yang biasa dipakai para penipu sosial!
Trik ini dikenal dengan nama santai “teknik kaki di pintu”.
Dan kenapa aku cerita panjang soal telemarketer ini? Karena aku waktu pertama kali tahu trik ini, aku pikir “Ini mah trik anak TK, bocah umur 4 tahun juga ngerti!” Tapi pas aku pikirpikir dan inget beberapa kejadian di masa lalu, aku sadar trik ini bisa sangat efektif kalau yang pakai tahu caranya.
Cara kerja trik ini adalah bikin seseorang setuju sama permintaan kecil dulu, baru secara bertahap minta hal yang lebih besar. Telemarketer itu pakai trik ini waktu aku setuju jawab survei singkat yang nggak pribadi. Dia terus aja minta “satu pertanyaan lagi, Pak!” sampai aku selesai survei yang makan waktu 5 menit dan harus kasih banyak data pribadi.
Jelas sih, kalau dia langsung minta survei lengkap 5 menit dari awal, aku pasti tolak. Banyak orang pasti bakal tolak juga.
Intinya, orang lebih cenderung setuju sama permintaan yang kecil, yang nggak butuh banyak waktu, uang, tenaga, atau repot. Tapi kalau kamu sudah setuju permintaan kecil, biasanya mereka bakal minta yang lebih besar.
Hal menarik: di telepon followup, mereka langsung ngingetin aku soal survei pertama itu. Kenapa? Banyak alasan sih, tapi satu yang pengen aku jelasin di sini: mereka mau ngingetin aku soal janji yang aku udah buat sebelumnya. Trik yang cukup jitu.

Rasa Tidak Nyaman Karena Pikiran Bertentangan (Cognitive Discomfort)
Ini trik psikologi yang keren banget kalau berhasil.
Tapi Bisa Juga Jadi Bumerang
Trik ini berkaitan sama teori cognitive dissonance atau ketidaksesuaian kognitif. Sebenarnya ini konsep besar, tapi kita bahas singkat aja di sini.
Cognitive dissonance itu perasaan nggak enak yang muncul karena kita punya dua pikiran atau ide yang bertentangan di waktu yang sama. Pikiran atau ide ini bisa berupa sikap, kepercayaan, sadar tentang perilaku kita, atau faktafakta yang kita tahu.
Teori cognitive dissonance bilang kalau manusia punya dorongan untuk ngurangin rasa nggak enak ini dengan cara mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku mereka. Atau mereka berusaha membenarkan atau memberi alasan supaya sikap, kepercayaan, dan perilakunya tetap masuk akal. Teori ini adalah salah satu yang paling penting dan banyak diteliti dalam psikologi sosial.
Rasa nggak enak ini biasanya muncul kalau seseorang sadar ada ketidaksesuaian logis antar pikirannya. Misalnya, satu pikiran bertolak belakang sama pikiran lainnya.
Contohnya, seseorang yang peduli sama hakhak hewan tapi masih makan daging atau pakai bulu binatang. Kalau dia sadar ini bertentangan, dia bakal merasa nggak nyaman, yang bisa muncul dalam bentuk cemas, merasa bersalah, malu, marah, atau stres.
Kalau pikiranpikiran seseorang saling cocok, dia dalam kondisi harmonis atau sejalan. Kalau pikirannya nggak nyambung sama sekali, itu dianggap nggak berhubungan dan nggak bikin nggak nyaman.
Waktu telemarketer nelpon aku di bab sebelumnya dan aku setuju sama permintaan kecilnya, mereka berharap aku mulai membentuk gambaran mental tentang diriku sebagai teman, pelanggan, atau pendukung mereka. Rasa nggak nyaman ini muncul kalau kita melakukan sesuatu yang nggak sesuai sama gambaran mental itu. Dan kalau aku setuju sama permintaan yang makin besar, mereka makin membangun gambaran mental itu, jadi aku makin susah buat nolak permintaan berikutnya.
Para peneliti juga nemuin kalau orang biasanya bakal ubah pendapat atau sikapnya supaya sesuai sama tindakan mereka, supaya nggak ngerasain rasa nggak enak itu. Misalnya, setelah aku ngabisin 5 menit ikut survei yang awalnya aku nggak mau, aku mungkin mikir, “Eh, sebenernya surveinya nggak terlalu buruk, malah lumayan seru juga.”
Sayangnya, perusahaan itu nggak sadar kalau mereka udah nyebelin waktu nelpon pertama kali. Aku malah jadi punya gambaran mental kalau aku udah dipaksa dan dibohongi sama perusahaan mereka, jadi rasa nggak nyaman itu malah jadi kerugian buat mereka.
Strategi Low Ball
Strategi yang mirip ini namanya strategi Low Ball, dan aku baru sadar kalau orang yang jualin mobil ke aku pakai trik ini.
Waspada Sama Strategi Low Ball
Strategi Low Ball ini kerjanya dengan cara dulu bikin kamu setuju dan berkomitmen sama suatu ide atau barang yang dia pengen kamu terima. Setelah itu, dia manfaatin fakta kalau orang biasanya bakal konsisten sama keputusan mereka buat mempertahankan komitmen itu, walaupun kondisi atau kesepakatannya diubah.
Ada juga ilusi bahwa keputusan itu nggak bisa dibatalin. Misalnya, kamu udah setuju beli mobil dan anggap jabat tangan itu jadi tanda kesepakatan final (beda sama kamu ngasih uangnya langsung).
Kalau kamu setuju sama harga murah dulu, kamu bakal excited. Nah, kalau tibatiba gak jadi beli setelah semangatnya muncul, kamu bisa jadi sedih banget. Makanya, kamu mungkin bakal terusin beli meskipun harganya jadi lebih mahal.
Kalau harga akhirnya nggak jauh beda sama tempat lain, kamu bakal mikir, “Males juga sih repotrepot cari tempat lain,” dan mikir lebih enak beli sekarang juga daripada ribet.
Dalam sebuah eksperimen, ada mahasiswa yang diminta ikutan. Kelompok kontrol dikasih tahu awalnya kalau acara mulai jam 7 pagi. Sedangkan kelompok Low Ball cuma dikasih tahu ini belakangan. Hasilnya, cuma 24% kelompok kontrol yang setuju, tapi 56% dari kelompok Low Ball yang setuju, dan 95% dari yang setuju itu benarbenar datang.
Para peneliti juga nemuin kalau penting banget buat orang percaya kalau mereka setuju secara bebas, tanpa paksaan, di permintaan awal. Bahkan kalau kamu tambahin kalimat “Tapi kamu bebas mau terima atau nggak,” itu bisa bikin orang lebih setuju.
Tapi yang minta harus sama orangnya.
Misalnya, sales mobil bisa bikin kamu setuju beli mobil dengan harga tertentu. Lalu dia ninggalin kamu beberapa menit, mungkin bilang dia mau urus dokumen dulu. Padahal sebenernya dia cuma kasih kamu waktu buat membangun gambaran mental kamu sendiri. Dalam waktu ini, selain kamu udah mulai ngerasa sebagai pembeli, kamu juga mulai meyakinkan diri kalau mobil itu adalah pembelian yang bagus.
Terus salesnya balik lagi. Katanya ada “kesalahan” waktu hitung harga. Ternyata harganya lebih mahal dari yang dia bilang pertama kali. Tapi sekarang kamu bakal lebih susah nolak harga baru itu, karena kamu udah memperkuat gambaran mental kamu soal mobil itu.
Balas Membalas (Reciprocity)
Strategi balasmembalas yang simpel tapi efektif.
Satu Kebaikan Harus Dibalas Dengan Kebaikan
Dalam ilmu psikologi sosial, reciprocity itu artinya kita membalas tindakan baik dengan tindakan baik juga, dan membalas tindakan buruk dengan tindakan buruk juga. Tindakan balasmembalas yang positif beda sama tindakan suka rela (altruistic), karena balasmembalas ini terjadi karena ada tindakan baik sebelumnya. Juga beda sama kasihkasihan sosial (social gift giving) yang biasanya dilakukan tanpa harapan balasan.
Tindakan balasmembalas ini penting banget dalam psikologi sosial karena bisa jelasin kenapa norma sosial tetap terjaga. Kalau banyak orang nganggep pelanggaran norma itu sebagai tindakan nggak baik, dan mereka mau ambil tindakan (yang kadang beresiko) buat menghukum pelanggar, maka norma itu bisa terus dipertahankan walaupun nggak ada aturan resmi. Tindakannya bisa bermacammacam, dari omelan sampai pengucilan sosial.
Dalam eksperimen yang bermanfaat buat masyarakat, para ekonom perilaku nunjukin kalau kemungkinan adanya balasan dari pemain bikin mereka lebih sering mau berkontribusi untuk kebaikan bersama. Ini bukti pentingnya prinsip balasmembalas dalam situasi sosial.
Dalam matematika, teori permainan menggambarkan reciprocity sebagai teknik “Tit for Tat” yang sangat efektif dalam dilema tahanan berulang (iterated prisoner’s dilemma).
Di dunia hewan, balasmembalas juga ada, contohnya pada perilaku sosial monyet Babon. Monyet jantan akan kerja sama; satu mengalihkan perhatian Alphamale yang biasanya menguasai betinabetina untuk berkembang biak, sementara yang lain akan kawin dengan betina. Nanti peran mereka bisa berganti sebagai bentuk “balasan jasa.”
Mungkin ini alasan kenapa kita merasa terdorong buat balas kebaikan orang lain.
Telepon kedua dari telemarketer itu coba pakai prinsip sosial reciprocity ini. Prinsip dasarnya adalah orang cenderung mau membalas kebaikan yang kita berikan, walaupun mereka nggak minta sebelumnya.
Dengan menawarkan hadiah di seminar, mereka mau bikin aku merasa punya “utang” buat beli barang yang mereka jual. Itu kalau aku datang, ya.
Prinsip balasmembalas ini sangat umum banget, kamu pernah nggak sih merasa bersalah waktu keluar dari toko tanpa beli apaapa, cuma karena kasirnya udah berusaha bantu banget? Bandingkan sama kasir yang cuek, pasti kamu nggak bakal ngerasa bersalah buat pergi kan?
Pintu yang Dibanting (The Slamming Door)
Bisa bayangin nggak sih, kalau pintu yang dibanting itu justru bisa jadi hal yang baik?
Pintu yang Dibanting Justru Bisa Bantu
Aku pertama kali tahu trik ini waktu ikut seminar psikologi sosial. Pembicaranya kasih contoh yang santai, jadi aku nggak ingat detailnya banget.
Ada sekelompok pekerja sosial yang berhasil bikin orang asing mau ikutan ngabisin seluruh hari Minggu mereka buat ngajak anakanak nakal remaja jalanjalan ke pantai, tanpa dibayar atau dikasih apaapa.
Sebelum lanjut, coba bayangin ini: ada seseorang yang tekan bel rumahmu. Kamu buka pintu, ternyata orang itu benarbenar nggak kamu kenal. Dia senyum lebar dan bilang, “Hai! Aku nggak kenal kamu, dan kamu juga nggak kenal aku. Gimana kalau kamu habisin hari Minggu ini ngajak sekelompok anak muda yang nggak kamu kenal ke pantai? Kamu yang tanggung bensin dan biaya lainnya, dan nggak ada bayaran sama sekali.”
Kalau kamu jadi orang itu, kamu bakal jawab apa?
Nah, gimana para pekerja sosial itu bisa bikin orang mau setuju?
Pintu yang Dibanting
Trik ini sebenarnya kebalikan dari teknik “kaki di pintu.” Namanya memang jelas: buat permintaan yang sebesarbesarnya sampai orang pasti jawab “TIDAK!” keraskeras. Jadi kayak pintu dibanting di muka kamu.
Setelah itu, kamu ketuk pintu itu lagi, tapi kali ini ajukan permintaan yang lebih masuk akal, yang sebenernya memang kamu mau dari awal. Permintaan yang sebenarnya ini biasanya lebih gampang diterima kalau diajukan setelah permintaan yang keterlaluan tadi.
Kalau aku ingatingat, para pekerja sosial itu mulai dengan minta komitmen selama setahun penuh, baru setelah itu turunin jadi cuma satu hari Minggu aja.
Ada banyak alasan kenapa trik ini berhasil. Pertama, karena perbandingan; permintaan yang sebenarnya jadi terlihat kecil dan wajar kalau dibandingin sama permintaan yang besar dan nggak masuk akal tadi. Kedua, karena rasa bersalah; orang mungkin merasa bersalah karena menolak permintaan pertama yang besar itu. Ketiga, prinsip balasmembalas lagi; dengan “turun tangan,” kamu dianggap sudah ngasih keringanan atau kebaikan buat dia!
Memang kelihatannya aneh kalau dijelasin kayak gini, tapi yang harus diingat, semua prinsip dan pemikiran ini seringnya terjadi tanpa kita sadari. Dengan kata lain, kebanyakan orang nggak ngeh kalau otak mereka lagi proses alasan dan pertimbangan seperti itu.
Ringkasan
Neuro Linguistic Programming
Apa Itu NLP?
NLP adalah singkatan dari NeuroLinguistic Programming atau Pemrograman Neuro Linguistik. Nama ini mencakup tiga elemen paling berpengaruh yang membentuk pengalaman manusia: neurologi, bahasa, dan pemrograman. Sistem neurologi menentukan bagaimana tubuh kita bekerja, bahasa memengaruhi bagaimana kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, dan “pemrograman” adalah polapola yang kita bentuk untuk memahami dunia.
NLP menggambarkan hubungan dasar antara pikiran (neuro) dan bahasa (linguistik), serta bagaimana interaksi keduanya memengaruhi tubuh dan perilaku kita (programming/pemrograman).
Banyak psikolog dan terapis hipnosis menggunakan strategi persuasi NLP saat menangani pasien. Ini karena NLP bisa menyentuh alam bawah sadar seseorang, sehingga membuat pasien lebih mudah menerima pola perilaku baru.
Tapi sekarang, strategi NLP tidak hanya digunakan di klinik. Siapa pun yang ingin mengendalikan hidupnya bisa memanfaatkan kekuatan NLP. Dengan triktrik berikut ini, kamu bisa dengan mudah meyakinkan orang lain untuk menerima sudut pandangmu dan mengikuti arahanmu.
Strategi NLP 1: Gunakan Kata “Saat Kamu” dalam Percakapan
Strategi NLP biasanya bersifat halus dan dibuat agar terasa natural, supaya tidak menimbulkan kecurigaan.
Salah satu triknya adalah dengan memakai kata “saat kamu” dalam percakapan. Misalnya, kamu ingin meyakinkan pasanganmu untuk ikut melihat rumah yang jaraknya satu jam dari rumah. Katakan saja, “Saat kamu lihat tempatnya nanti, aku yakin kamu nggak akan nyesel!”
Kalimat itu menciptakan kesan seolaholah pasanganmu sudah memutuskan untuk pergi, sehingga akan lebih mudah baginya untuk menyetujui ajakanmu.
Strategi NLP 2: Gunakan KataKata yang Sering Mereka Pakai
Kamu mungkin akan terkejut kalau tahu bahwa banyak orang punya katakata favorit yang sering mereka ucapkan. Misalnya, ada yang sering pakai kata “keren banget” setiap kali mereka kagum akan sesuatu. Kamu bisa memanfaatkan hal ini.
Misalnya, bos kamu suka pakai kata “hebat banget” buat mobil barunya atau TV barunya. Kalau kamu mau menyampaikan ide, gunakan kata itu dalam presentasimu. Katakan, “Saya punya ide yang hebat banget buat proyek ini” atau “Produk X ini hebat banget lho.”
Dengan pakai kata yang biasa dia pakai untuk halhal bagus, kamu membuat dia secara tidak sadar mengaitkan ide kamu dengan halhal yang menurutnya luar biasa.
Strategi NLP 3: Gunakan Nama Mereka
Trik kuat lainnya adalah menyebut nama orang saat berbicara dengan mereka. Nama punya kekuatan besar bagi seseorang. Menyebut nama mereka langsung menciptakan koneksi antara kamu dan orang tersebut.
Contohnya, kamu mau minta bantuan rekan kerja untuk membawa beberapa boks dari gudang. Daripada hanya bilang, “Hei, bisa bantu bawa boks dari gudang nggak?” lebih baik bilang, “Brandon, bisa bantu aku bawa beberapa boks dari gudang? Makasih banyak, Brandon! Aku benarbenar menghargai bantuanmu.”
Strategi persuasi NLP tidak perlu keras atau berlebihan agar berhasil. Justru karena cara ini sederhana dan halus, itulah yang membuatnya bekerja dengan baik.
Hipnosis untuk Merayu
Semua orang tahu bahwa hipnosis bisa memengaruhi seseorang… dan hipnosis untuk merayu bisa membantu seseorang mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Rayu Mereka Agar Setuju Denganmu
Hipnosis untuk merayu adalah teknik yang digunakan untuk menarik seseorang dengan bantuan hipnosis.
Sudah terbukti berkalikali bahwa hipnosis memang benarbenar bekerja, jadi bisa dibilang hipnosis untuk merayu juga bisa efektif.
Memahami dasardasar hipnosis akan memudahkan kamu untuk mengerti bagaimana hipnosis untuk merayu ini bekerja.
Hipnosis bekerja dengan cara membawa seseorang ke kondisi seperti trance (keadaan antara sadar dan tidak sadar), biasanya lewat katakata atau benda seperti bandul yang digerakkan. Dalam keadaan ini, orang yang dihipnosis jadi sangat mudah menerima sugesti atau saran.
Tapi, membuat seseorang masuk ke kondisi trance itu tidak mudah. Orang tersebut harus merasa percaya padamu, dan secara sadar maupun tidak sadar harus mau menjalani pengalaman itu. Kalau tidak ada rasa percaya, hipnosis tidak akan berhasil.
Dan saat orang sudah berada dalam kondisi trance, kamu juga tidak bisa menyarankan halhal yang bertentangan dengan nilai atau kepribadiannya. Misalnya, kalau kamu menyarankan orang yang jujur untuk mencuri, besar kemungkinan sugesti itu tidak akan mempan. Karena kamu tidak bisa memaksa seseorang melakukan hal yang tidak sesuai dengan sifat dasarnya.
Tapi kalau kamu menyarankan sesuatu yang sesuai dengan nilai pribadinya — misalnya, menyarankan dia untuk menyumbangkan 10% gajinya ke orang miskin — maka itu bisa jadi berhasil, karena itu sejalan dengan sifat baiknya.
Singkatnya:
Kamu hanya bisa menghipnosis orang yang percaya padamu, dan kamu hanya bisa menyarankan halhal yang sudah ada dalam pikirannya (secara sadar atau tidak sadar).
Menghubungkan Hipnosis Dengan Rayuan
Sekarang setelah kamu paham dasar hipnosis, saatnya kita hubungkan dengan soal merayu. Secara teori, kamu bisa merayu siapa pun lewat hipnosis, selama kamu mengikuti aturanaturannya.
Contohnya, kamu bertemu seseorang di perpustakaan dan kamu ingin merayunya dengan hipnosis. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menciptakan suasana yang hangat dan penuh rasa percaya.
Jangan sampai kamu terlihat mengancam atau menyeramkan, karena kalau dia merasa tidak nyaman, dia akan langsung waspada dan hipnosis tidak akan bekerja.
Kalau suasana sudah nyaman dan penuh kepercayaan, kamu bisa mulai membuat orang tersebut tertarik padamu dan pada apa yang kamu katakan. Kalau kamu bisa menyalakan sedikit saja rasa ketertarikan, kamu bisa gunakan hipnosis untuk memperkuat perasaan itu.
Hipnosis untuk merayu memang terbukti bisa bekerja. Tapi ada juga orang yang gagal karena menganggap hal ini seperti mengendalikan pikiran orang secara tidak etis — padahal bukan begitu caranya.
Kuncinya adalah mengikuti prinsip dasar hipnosis, agar kamu bisa menggunakan teknik hipnosis untuk menarik perhatian, menumbuhkan ketertarikan, dan mendapatkan apa yang kamu inginkan — tanpa memaksa.
Rekayasa Sosial (Social Engineering)
Rekayasa sosial bukanlah cara yang paling jujur untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Mungkin Kamu Tidak Akan Menggunakannya, Tapi Kamu Harus Waspada
Secara sederhana, social engineering (rekayasa sosial) adalah kemampuan untuk memanipulasi orangorang atau masyarakat agar kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, baik itu akses ke suatu tempat, informasi, atau keuntungan lainnya.
Pelaku rekayasa sosial (social engineer) tidak bekerja dari dalam sistem, juga bukan dari luar sistem, tapi dari batas luar—mereka memanfaatkan celah sosial dan psikologis.
Para pelaku ini biasanya pintar berbicara dan bisa dengan cepat membaca situasi, lalu memanfaatkan kelemahan atau kebaikan hati orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Contohnya: saya pernah bekerja di toko ritel perangkat lunak, dan pernah benarbenar ditipu oleh seorang pelaku shortchange (penipu uang kembalian). Awalnya dia hanya ingin beli baterai seharga 2 dolar, lalu minta tukar uang 20 dolar, dan akhirnya entah bagaimana, saya kehilangan 180 dolar dari laci kasir! Padahal saya sudah terlatih secara profesional dan punya pengalaman dalam komunikasi dan improvisasi, tapi orang ini—yang bahkan terlihat seperti lulusan SMA pun bukan—berhasil membuat saya menyerahkan uang kembalian 182 dolar untuk pembelian 2 dolar!
Saya tidak menyadarinya sama sekali. Dan kamu atau temanmu pun bisa dengan mudah tertipu seperti itu.
Modus yang Sering Digunakan
Salah satu cara paling umum yang digunakan oleh pelaku rekayasa sosial adalah menyamar sebagai orang yang berwenang. Mereka hanya perlu meyakinkan orang lain bahwa mereka punya otoritas.
Trik kotor lainnya—tapi sangat sering berhasil—adalah memainkan perasaan kasihanmu. Misalnya, ada “karyawan baru” yang datang ke bagian IT dan berkata dia baru mulai kerja, sudah dikejar deadline, tapi tidak bisa masuk ke jaringan kantor karena bos sedang tidak ada. Petugas IT yang baik hati bisa saja langsung membuatkan akun dan membiarkan dia mengakses sistem, tanpa sadar bahwa dia baru saja membukakan akses ke data penting untuk penjahat seperti “si jari lengket Louie”!
Konektivitas
Hukum konektivitas mengatakan bahwa semakin kita merasa terhubung, merasa cocok, disukai, atau tertarik pada seseorang, maka orang itu akan jadi lebih berpengaruh bagi kita.
Koneksi Adalah Alat
Ada 4 komponen utama dalam konektivitas: ketertarikan, kesamaan, kemampuan berinteraksi dengan orang, dan rapport (rasa dekat atau nyambung satu sama lain).
Ketertarikan bekerja dengan cara membuat satu sifat positif dari seseorang memengaruhi bagaimana orang lain memandang keseluruhan dirinya. Misalnya, kalau seseorang terlihat percaya diri dan ramah, orang lain akan menganggap dia juga pintar, jujur, atau menyenangkan, meskipun belum tentu begitu.
Kesamaan menyatakan bahwa kita lebih suka pada halhal yang terasa familiar atau mirip dengan kita. Riset menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik pada orangorang yang mirip dengan kita, baik dari cara bicara, latar belakang, atau minat.
Kemampuan Berinteraksi Itu Penting
Salah satu keterampilan utama orangorang sukses adalah kemampuan dalam berinteraksi. Kamu bisa membuat orang lain lebih cepat menyukaimu jika kamu:
Menunjukkan ketertarikan pada mereka,
Memberikan perhatian penuh saat mereka bicara,
Dan berkomunikasi dengan hangat.
Ini bikin orang jadi nyaman ngobrol sama kamu, dan kamu pun bisa membangun koneksi yang bikin komunikasi jadi jauh lebih efektif.
Salah satu cara tercepat untuk membangun hubungan baik dengan orang lain adalah dengan menyebut dan mengingat nama mereka. Kelihatan ramah juga sangat membantu dalam komunikasi yang efektif.
Bangun Rasa Hormat
Agar orang lain mau mendengarkan atau mempertimbangkan apa yang kamu sampaikan, mereka harus punya sedikit rasa hormat padamu. Rasa hormat biasanya butuh waktu dan kesabaran untuk tumbuh, tapi ada caracara untuk mulai membangunnya.
Salah satunya adalah menunjukkan rasa terima kasih dan menghargai orang lain. Hindari mengkritik orang lain atau membahas masalah pribadi kamu dengan mereka. Ini akan membantu membangun rasa respek dari orang atau kelompok tersebut.
Apa Itu Rapport?
Rapport adalah hubungan yang terasa akrab dan nyambung, seolaholah kalian sudah kenal lama. Sadar atau tidak, kita terusmenerus saling membaca dan dinilai oleh orang lain — terutama lewat bahasa tubuh.
Tiga cara utama orang lain menilai kita:
55% dari visual (bahasa tubuh),
38% dari suara (intonasi),
7% dari katakata (isi perkataan).
Bahasa tubuh adalah bagian alami dari sifat dan psikologi manusia. Lewat mata, kita bisa menilai apakah seseorang jujur, pintar, atau sedang merasa apa. Bahkan pupil mata kita bisa bereaksi bukan cuma karena cahaya, tapi juga karena emosi.
Sentuhan Juga Penting
Meskipun terdengar aneh, sentuhan adalah bagian penting dari bahasa tubuh dan membangun koneksi. Secara tidak sadar, kita sebagai manusia suka disentuh — ini memberi rasa nyaman dan dihargai.
Cara Terbaik Membangun Rapport
Cara terbaik untuk membangun rapport adalah dengan melakukan beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas. Tapi satu cara yang sangat efektif adalah dengan meniru gerakan atau sikap orang lain secara halus (mirroring) — bukan meniru secara berlebihan ya, karena bisa dianggap mengejek.
Alasan mirroring ini berhasil adalah karena orang yang kamu ajak bicara merasa kamu punya sikap atau energi yang mirip dengan mereka, jadi secara alami mereka merasa lebih terhubung denganmu.
Perintah Terselip
Ringkasan
Kemampuan membujuk atau memengaruhi orang lain adalah kunci penting untuk sukses dalam hidup.
Perintah yang Tidak Disadari Orang
Entah kamu sedang memasarkan produk, jasa, atau bahkan dirimu sendiri, intinya adalah kamu sedang berusaha “menjual” sesuatu. Kadang itu gampang, tapi lebih sering butuh keahlian dan usaha agar orang mau bilang “iya”. Kita sebagai manusia punya pola pikir yang cenderung mengikuti cara tertentu.
Orang tidak langsung terlahir sukses—mereka dibentuk untuk menjadi seperti itu. Katakata itu sangat kuat, karena apa yang kamu ucapkan akan membentuk bagaimana orang lain memahami maksudmu. Sederhananya, ucapanmu menentukan ke mana arah pembicaraan akan berjalan. Jadi mari kita mulai dari dasar:
Hukum ekspektasi mengatakan bahwa kalau seseorang diberi harapan atau ekspektasi tertentu, biasanya mereka akan mengikuti harapan itu. Orang cenderung mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka pikir orang lain harapkan dari mereka.
Presuposisi adalah semacam pertanyaan yang menggunakan bahasa seolaholah hal yang kamu tanyakan sudah dianggap benar atau sudah disetujui oleh lawan bicaramu.
Apa Itu Embedded Commands?
Embedded command atau perintah terselip adalah strategi komunikasi yang menyampaikan pesan ke pikiran sadar seseorang sambil diamdiam mengirim pesan ke alam bawah sadarnya. Tujuannya adalah untuk “melewati” pikiran sadar dan langsung bicara ke pikiran bawah sadar.
Teknik ini sering dipakai dalam iklan dan pemasaran. Perintah terselip yang paling efektif biasanya pendek dan jelas, terdiri dari dua sampai empat kata saja. Riset menunjukkan bahwa perintah ini bisa benarbenar mengubah pendapat dan keyakinan seseorang.
Cara menggunakannya? Kamu tinggal berbicara seperti biasa, lalu beri tekanan halus pada kata tertentu—jangan terlalu kelihatan, kalau terlalu mencolok malah nggak akan berhasil.
Teknik Lanjutan: Membingungkan dan Mengarahkan
Kamu juga bisa menggunakan kebingungan sebagai alat. Saat seseorang bingung, kamu bisa “menyuntikkan” perintah ke alam bawah sadarnya. (Ibaratnya mirip teknik “injeksi” pada sistem komputer.)
Contohnya, kamu bisa bicara cepat dan lalu menekankan pada kata tertentu yang kamu ingin mereka tangkap. Ini membuat pikiran bawah sadar mereka lebih terbuka terhadap saran.
Cara lain yang juga efektif adalah dengan memunculkan emosi, bukan hanya menyuruh orang melakukan sesuatu. Kamu bisa pakai katakata atau kalimat yang menyentuh emosi mereka.
Perintah Terselip Seperti Bom Waktu
Perintah terselip ini bisa diibaratkan seperti bom waktu di otak. Hanya 1–3 kata yang diselipkan dalam kalimat, tapi punya pengaruh kuat terhadap proses pengambilan keputusan seseorang.
Contoh kalimat:
“Kayaknya kamu setuju banget dengan yang aku jelaskan, jadi AYO LAKUKAN SEKARANG, biar aku bisa bantu kamu dapetin yang kamu mau secepatnya. Gimana, cocok nggak?”
Kalimat seperti ini terdengar biasa saja, tapi ketika kamu mengucapkannya dengan penekanan khusus pada kata “Ayo lakukan sekarang”, alam bawah sadar orang yang mendengarnya bisa lebih mudah terpengaruh.
Dengan latihan terusmenerus, kamu akan mulai merasakan perbedaan bagaimana orang meresponsmu. Perintah seperti ini sifatnya subliminal — artinya memengaruhi secara tidak sadar.