Cara Mudah

Perlu Kamu Tahu Tentang Reinkarnasi Dan Kehidupan Sebelumnya

Perlu Kamu Tahu Tentang Reinkarnasi Dan Kehidupan Sebelumnya – Antara konsep regresi kehidupan lampau dan reinkarnasi, kebanyakan orang mungkin lebih familiar dengan reinkarnasi. Tapi yang jarang disadari orang, sebenarnya kedua hal ini saling berhubungan erat. Reinkarnasi adalah tentang kelahiran kembali jiwa seseorang. Kalau kamu percaya bahwa kamu akan terlahir kembali, maka kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Karena kalau memang reinkarnasi itu nyata, hidup hanyalah sebuah siklus yang terus berulang, dan kematian cuma sekadar pindah dari kehidupan yang lama ke kehidupan yang baru.
Semua informasi yang kamu butuhkan ada di sini.

Pengantar

Sekitar 75% penduduk dunia saat ini percaya pada reinkarnasi. Tapi, untuk orang Amerika dan negaranegara Barat lainnya, mempercayai hal ini nggak semudah itu. Walaupun hati mereka merasa itu benar, otaknya tetap butuh bukti nyata.

Nah, regresi kehidupan lampau bisa jadi bukti yang mereka—atau bahkan kamu—cari selama ini. Pernah ngerasa seperti mengalami suatu kejadian yang kayak pernah kejadian sebelumnya? Banyak orang pernah ngerasain hal seperti ini, bahkan berkalikali. Kadang, gambaran dalam pikiran terasa sangat nyata, sampaisampai kita yakin itu benarbenar pernah terjadi. Pertanyaannya: kenapa hal itu tidak mungkin nyata?

Dasar-Dasarnya

Mimpi yang terus berulang—baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan—juga bisa jadi tanda dari kehidupan lampau. Anakanak biasanya lebih peka terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman yang tertinggal dalam benaknya, yang merupakan sisasisa dari kehidupan sebelumnya. Karena pikiran anakanak belum terpengaruh banyak oleh pandangan tentang mana yang nyata dan mana yang tidak, mereka cenderung menerima saja apa yang mereka lihat atau rasakan.

Tapi semuanya bisa berubah ketika mereka mulai bercerita ke orang dewasa. Karena anakanak juga mudah terpengaruh, kalau terusmenerus dibilang oleh orang tua, guru, atau kakak mereka bahwa apa yang mereka lihat itu cuma khayalan, lamalama mereka akan ikut percaya bahwa itu memang tidak nyata.

Sekarang kamu sudah bukan anakanak lagi, tapi tetap saja sulit buat mengubah cara berpikirmu. Walaupun begitu, kamu akan dapat banyak hal kalau setidaknya mau membuka diri terhadap kemungkinan adanya kehidupan lampau dan reinkarnasi. Halhal yang dulunya terasa membingungkan tentang hidupmu bisa jadi jauh lebih masuk akal. Kamu juga mungkin akan merasa lebih damai karena bisa melihat bagaimana kehidupanmu yang dulu ikut membentuk dirimu yang sekarang.

Membuka diri untuk halhal seperti ini memang butuh waktu dan usaha, tapi buku ini dibuat untuk membantu kamu dalam perjalanan mengenal diri sendiri.
Saat kamu membaca halaman demi halaman, ingatlah untuk tetap berpikiran terbuka, dan jangan langsung menolak sesuatu hanya karena terasa tidak masuk akal. Ada banyak hal di dunia ini yang memang tidak bisa dijelaskan dengan logika.

Kalau kamu terusterusan membatasi diri hanya pada halhal yang bisa dijelaskan secara logis, hidup bisa terasa makin hambar, kehilangan makna, kehilangan keajaiban—bahkan bisa kehilangan arti pentingnya.

Buku ini ditulis untuk siapa saja. Apapun keyakinanmu, berapapun usiamu, atau bagaimanapun kamu melihat dirimu, semua itu tidak jadi masalah. Banyak orang percaya bahwa dewadewa dalam berbagai agama sebenarnya adalah versi berbeda dari satu Tuhan yang sama. Yang berbeda cuma namanya saja.
Jadi kamu nggak perlu mengubah keyakinanmu untuk membaca buku ini. Tapi satu hal yang pasti: cara pandangmu terhadap dunia, hidupmu, dan dirimu sendiri akan berubah total—dan perubahan itu akan membawa kebaikan.

Mulailah mengubah hidupmu sekarang juga, dengan menerima masa lalu dan mulai membentuk masa kini dan masa depan yang kamu inginkan.

Perlu-Kamu-Tahu-Tentang-Reinkarnasi-Dan-Kehidupan-Sebelumnya-683x1024 Perlu Kamu Tahu Tentang Reinkarnasi Dan Kehidupan Sebelumnya
Perlu Kamu Tahu Tentang Reinkarnasi Dan Kehidupan Sebelumnya

Ingatan Itu Tidak Selalu Bisa Diandalkan

Faktanya, ingatan kita nggak selalu bisa dipercaya. Banyak dari kita sering lupa kejadian yang sebenarnya pernah terjadi, atau malah mengingat sesuatu dengan cara yang berbeda dari kenyataan aslinya. Ada juga yang mengaku ingat orang yang belum pernah mereka temui, atau tempat yang sebenarnya belum pernah mereka datangi.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang bisa mengingat kejadian yang sebenarnya nggak pernah terjadi, atau mungkin kejadian itu memang ada tapi dialami oleh orang lain—dan ini bisa bikin kita bingung soal apakah ingatan kita bisa diandalkan atau tidak.

Anakanak kecil sangat mengandalkan ingatan mereka untuk belajar. Tapi sayangnya, sebagian besar kenangan yang terjadi sebelum usia dua tahun biasanya akan “dibuang” oleh otak, dan masuk dalam yang disebut amnesia masa kecil.
Seiring waktu, ingatan yang kita kumpulkan bantu kita untuk mempersiapkan diri menghadapi pengalaman, tindakan, dan pertemuan di masa depan. Meskipun ingatan itu sendiri bukan sesuatu yang mutlak bernilai, tapi ia sangat membantu kita untuk beradaptasi dengan berbagai situasi yang kita hadapi dalam kehidupan seharihari.

Ingatan Membentuk Kepribadian

Ingatan adalah alat yang kita gunakan untuk membentuk jati diri. Bahkan saat kita bercerita ke temanteman tentang pengalaman kita, sering terdengar kalimat seperti, “Aku bukan tipe orang yang kayak gitu, deh”. Ini menunjukkan bahwa kita pakai ingatan sebagai acuan atau dasar untuk menilai kepribadian kita sendiri.

Ingatan juga memberi kesan bahwa hidup kita itu masuk akal dan utuh, seolah nggak ada bagian yang hilang atau ditambahtambahkan. Padahal kenyataannya, hidup kita seringkali penuh dengan halhal yang nggak logis dan berantakan. Hal ini bisa kita lihat saat kita saling bertukar cerita—biasanya akan ada kebohongan kecil, entah sengaja atau tidak. Kita sering menghilangkan sebagian informasi dan menambahkan detail agar cerita kita terdengar lebih masuk akal. Dan lamakelamaan, kita malah jadi percaya bahwa cerita versi itu memang benar terjadi.

Ingatan Palsu

Penelitian menunjukkan bahwa ingatan pertama kita—yang paling awal—sangat diragukan kebenarannya. Hasil eksperimen mengungkapkan bahwa ingatan balita justru lebih tajam daripada anakanak yang lebih besar. Tapi, setelah usia lima tahun, barulah kita mulai bisa mengingat beberapa pengalaman masa kecil. Sementara itu, “ingatan” yang dimiliki balita biasanya justru berasal dari ceritacerita yang mereka dengar dari orang lain, yang kemudian mereka anggap sebagai pengalaman pribadi mereka sendiri.

Ingatan adalah proses yang terus berubah. Mengingat suatu kejadian butuh usaha karena tidak ada bagian khusus di otak yang menyimpan semua ingatan. Kita menciptakan sejarah hidup kita sendiri seiring berjalannya waktu. Setiap kali kita mendapat informasi baru, kita akan “menyusun ulang” informasi itu dan mencampurnya dengan ingatan yang sudah ada sebelumnya.

Ada juga yang bilang bahwa anakanak korban pelecehan seksual yang mengalami gangguan kejiwaan bisa jadi mengalaminya karena ingatan yang ditekan (repressed memory). Beberapa korban bahkan mengaku bahwa mereka bisa “mengingat kembali” kejadian masa kecil yang sebelumnya terlupakan. Tapi di sisi lain, banyak psikolog dan terapis yang meragukan keandalan ingatan seperti itu. Mereka menyarankan agar para terapis bersikap sangat hatihati dalam mendampingi pasiennya, supaya tidak secara tidak sengaja memengaruhi ingatan pasien—hingga pasien malah mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Pasrah pada Takdir Bukanlah Cara yang Tepat

Fatalisme adalah kepercayaan filosofis bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh takdir, jadi seseorang merasa harus pasrah karena semua sudah ditetapkan. Biasanya, orang yang berpikiran fatalis punya pandangan bahwa masa depan pasti akan berakhir dengan hal yang buruk dan tidak bisa dihindari.

Orang yang percaya pada fatalisme cenderung merasa dirinya nggak punya kekuatan untuk mengubah nasib. Mereka yakin apa pun yang mereka lakukan nggak akan mengubah jalan hidup mereka.

Dalam pandangan fatalis, seseorang dianggap harus menerima nasibnya begitu saja, bukan melawan atau mencoba mengubahnya. Filosofi semacam ini biasanya muncul dari orangorang yang diajarkan kuat tentang takdir, atau dari mereka yang merasa punya “insting kuat” untuk menebak apa yang akan terjadi dalam hidup.

Padahal, fatalisme bukanlah cara pandang yang tepat dalam menjalani hidup. Setiap orang sebenarnya punya kemampuan untuk menciptakan takdirnya sendiri dan tidak harus menyerah pada keyakinan bahwa masa depannya akan gelap atau menyedihkan.

Fatalisme dan Ketidakpastian Manusia

Setiap orang punya kepribadian yang berbedabeda, dan karena itu, kejadian dalam hidup tiap orang juga pasti berbeda. Setiap orang punya keyakinan, cara pandang, tindakan, dan reaksi yang nggak selalu bisa ditebak.

Orangorang yang kita temui dalam hidup juga bisa sangat memengaruhi masa depan kita, cara kita berpikir, bahkan cara kita melihat hidup ini.
Orang yang fatalis seharusnya sadar bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian dan kejadian tak terduga—hal yang bertentangan dengan ajaran fatalisme yang menganggap semua sudah pasti.

Orang Fatalis Cenderung Menjauh dari Interaksi Sosial

Orang yang menganut fatalisme biasanya pasrah dan nggak mau berusaha mengubah takdir. Itulah kenapa mereka cenderung tidak aktif dalam bersosialisasi. Mereka lebih memilih untuk diam, mengamati, dan menunggu apa yang akan terjadi, daripada ikut memberi pendapat atau berinteraksi dengan orang lain.

Mereka percaya bahwa apa pun yang sudah ditakdirkan nggak bisa diubah, dan mereka merasa nggak punya kekuatan untuk melakukannya.
Selain itu, orang fatalis juga sering menjauh dari hubungan pribadi dengan orang lain. Mereka hanya tertarik melihat apakah prediksi mereka akan menjadi kenyataan atau tidak.

Padahal penting untuk diingat, manusia adalah makhluk sosial. Kita butuh berinteraksi dengan sesama untuk tumbuh dan berkembang secara utuh. Menghindari hubungan sosial bisa membuat seseorang sulit berkembang, dan ini tentu bukan pilihan yang tepat kalau ingin hidup sepenuhnya.

Belajar untuk Tidak Jadi Fatalis

Cara pandang fatalis cenderung sempit dan membatasi diri. Untuk keluar dari pola pikir seperti ini, seseorang perlu menerima bahwa dalam hidup, selalu ada halhal tak terduga yang bisa terjadi.
Memang, melihat ke belakang (berkaca dari masa lalu) bisa membantu dalam mengambil keputusan. Tapi masa lalu seharusnya tidak menentukan keseluruhan kualitas hidup kita.

Orang fatalis yang ingin berubah harus mulai percaya bahwa masa depannya ditentukan oleh pengalaman hidupnya sendiri. Dan karena pengalaman setiap orang itu unik dan berbedabeda, maka nasib setiap orang juga tidak bisa disamakan.

Hukum Sebab Akibat, Karma

Saat orang membahas soal karma, banyak yang salah paham dan mengira karma itu cuma soal “balasan buruk” atas kesalahan yang pernah kita lakukan di masa lalu.

Padahal, konsep karma jauh lebih luas dari itu. Secara sederhana, karma adalah hukum alam tentang sebab dan akibat. Apa yang kamu beri, itu juga yang akan kamu terima. Jadi, setiap tindakanmu akan menciptakan karma yang nantinya akan kembali ke hidupmu.
Kalau kamu berbuat baik, kamu bisa berharap karma yang datang juga positif. Tapi kalau tindakanmu buruk, maka kamu pun akan menerima dampaknya dalam bentuk karma negatif.

Tahapan Karma

Sebagai hukum sebabakibat, karma bukan berarti kamu akan langsung dihukum atau diberi hadiah atas apa yang kamu lakukan. Karma itu bersifat siklus—berputar—dan melewati beberapa tahap untuk menjaga keseimbangan di alam semesta. Untuk bisa memahami karma dengan baik, kamu perlu tahu tahapantahapannya.

Tahap pertama disebut Sanchita Karma. Ini adalah “bibit awal” dari karma, dan mencakup semua tindakanmu—baik dari kehidupan sekarang maupun kehidupan sebelumnya. Ini seperti kumpulan semua karma yang sudah kamu hasilkan.

Tahap kedua disebut Kriyamana Karma. Ini adalah karma yang sedang kamu ciptakan setiap hari dari tindakanmu saat ini. Bibit karma ini akan menumpuk bersama karma lama dan bisa mempengaruhi kehidupan di masa depan atau kehidupan selanjutnya.

Tahap terakhir disebut Prarabdha Karma. Ini adalah karma yang sudah “matang” dan sedang kamu alami sekarang, dalam kehidupan seharihari.

Memahami Prarabdha

Tanpa kamu sadari, saat ini kamu sedang menjalani Prarabdha Karma. Semua kejadian dalam hidupmu sekarang adalah hasil dari bibitbibit karma yang kamu tanam di masa lalu dan sekarang sudah matang.

Karma jenis ini bisa muncul dalam berbagai bentuk—bisa memengaruhi perasaanmu, kebiasaanmu, seleramu, sampai hubunganmu dengan orang lain, terutama keluarga.

Begitu kamu sadar bahwa kejadiankejadian dalam hidupmu ini adalah bagian dari hukum sebabakibat yang alami, kamu akan lebih berhatihati dalam menanam “bibit” karma yang baru. Kamu jadi lebih ingin menciptakan tindakan positif agar hasilnya juga positif nantinya.

Karena ini adalah hukum alam, kamu punya kemampuan untuk menyeimbangkan karma buruk dengan kebaikan. Caranya? Hindari pikiran dan tindakan buruk, dan jalani hidup dengan niat baik.
Kesadaran untuk menciptakan karma yang baik ini sering disebut Bhakti, atau pengabdian.

Menciptakan Karma Positif

Bhakti adalah bentuk kesadaran bahwa tindakan baikmu akan membawamu lebih dekat dengan yang Ilahi.
Saat kamu sadar bahwa karma yang kamu alami sekarang adalah hasil dari kehidupanmu yang dulu, kamu bisa mulai menyeimbangkan karma yang ada dalam hidupmu.

Karma sebenarnya nggak harus selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif atau positif. Lebih tepatnya, karma itu adalah cara untuk membersihkan jejakjejak negatif yang mungkin sudah menumpuk dari masa lalu.
Kamu diberi kesempatan untuk menciptakan karma yang positif—yang bukan hanya berdampak di kehidupan sekarang, tapi juga akan terbawa ke kehidupan yang akan datang.

Para Penguasa Karma

Para Penguasa Karma dan Peran Mereka dalam Kehidupan Manusia

Kepercayaan yang berkembang di masyarakat, bahkan sejak zaman dulu, menyebut bahwa karma selalu dikaitkan dengan halhal buruk. Pandangan ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, sampai akhirnya para ahli mulai menyatakan bahwa karma juga punya sisi baik.

Dan memang masuk akal sih—kalau kita berbuat baik, biasanya kita juga akan menerima halhal baik. Dari situ, muncul kepercayaan bahwa ada “penguasa karma” tertentu, dan masingmasing punya tugasnya sendirisendiri. Nah, berikut ini beberapa penguasa karma paling terkenal yang perlu kamu tahu.

Para Penguasa Karma

Paul

Paul dikenal sebagai penguasa sinar (ray) yang mewakili keharmonisan di tengah konflik. Katanya, dia punya hubungan yang dekat dengan Malaikat Gabriel dan juga sangat dekat dengan Tuhan karena hidupnya penuh kebaikan dan kasih sayang.
Karena itulah, Paul dianggap sebagai salah satu penguasa karma yang mewakili sisi positif atau karma baik.

Kathumi

Kathumi adalah salah satu penguasa karma paling dikenal setelah Paul. Dia adalah penguasa sinar yang mewakili kebenaran, kebijaksanaan, dan cinta Ilahi. Ketiga nilai ini sangat dibutuhkan untuk seseorang bisa sukses dalam hidup.
Kathumi dipercaya sering menyentuh kehidupan para guru, arsitek, insinyur, siswa, dan seniman—pokoknya mereka yang berperan penting dalam membangun masyarakat.
Katanya juga, Kathumi pernah hidup sebagai manusia berkalikali. Mungkin itu sebabnya dia begitu peduli pada kesejahteraan orangorang.

Lady Portia

Lady Portia bukan wanita biasa. Dia punya tugas khusus: menyeimbangkan antara keadilan dan kasih sayang. Dari sini saja, kita bisa lihat perannya dalam kehidupan manusia.
Dia bertugas membuka pikiran orangorang yang suka menghakimi dan mengkritik orang lain dengan cepat. Dia juga membantu mereka yang benarbenar ingin menyebarkan cinta dan kebaikan ke seluruh dunia.
Bisa dibilang, dia memberikan “kasih karunia” untuk semua orang di bumi.

Serapis Bay

Serapis Bay juga termasuk penguasa karma yang membawa kebaikan, karena dia penuh kasih dan bijaksana. Dia dikenal sebagai penguasa sinar kuning (sinar ketiga), karena dia membantu orangorang mencapai kesempurnaan dan kemandirian.
Banyak seniman, filsuf, dan pemikir dunia yang merasa terbantu oleh energi dari Serapis Bay—terutama mereka yang peduli soal bagaimana dunia bisa hidup dengan harmonis.

Lord Gautama

Lord Gautama, yang lebih dikenal sebagai Buddha, dikenal karena kebijaksanaannya yang dalam dan tak tergoyahkan. Kalau Kristus dikenal sebagai energi cinta, maka Gautama adalah simbol dari energi kebijaksanaan—karena dia memikul tanggung jawab besar terhadap umat manusia.

Itulah beberapa penguasa karma yang paling dikenal dan bisa dibilang mewakili “kubu yang baik.” Setelah melihat apa yang mereka lakukan untuk manusia, wajar kalau mereka dianggap sebagai penguasa karma yang paling penting.

Tingkat Reinkarnasi Mengarah pada Penguasaan Diri

Perjalanan hidup manusia dipandang sebagai proses bertahap untuk meninggalkan tahaptahap rendah dalam spiritualitas, dan naik menuju tingkat yang lebih tinggi. Dalam proses ini, jiwa terus bereinkarnasi—dari bentuk yang lebih rendah ke bentuk yang lebih tinggi.
Tujuan akhirnya adalah mencapai kesempurnaan, dan itu hanya bisa dicapai lewat pengalaman hidup yang dijalani dari reinkarnasi ke reinkarnasi. Semakin tinggi tingkat reinkarnasinya, jiwa pun semakin matang dan kembali ke dunia karena merasa perlu menjelajahi semua bentuk kehidupan.

Dampak dari Reinkarnasi yang Berkelanjutan

Setiap kali jiwa bereinkarnasi, ia perlahanlahan melepaskan diri dari batasan dunia fisik, mental, dan astral. Ini dilakukan dengan “mengisi” tubuh fisik, pikiran, dan perasaan kita dengan energi dan kualitas spiritual dari jiwa tersebut.

Ada dua hal yang terjadi:

1. Jiwa secara perlahan menyucikan tubuh dan pikiran yang digunakannya.
2. Jiwa dengan sengaja membebani diri dengan karma lama agar bisa “dibakar” dan diselesaikan.

Semakin jiwa berkembang, pengalaman reinkarnasinya pun jadi makin berat. Itu sebabnya, orangorang yang bereinkarnasi di tingkat lebih tinggi cenderung lebih merenung dan berpikir dalam, karena setiap kehidupannya membawa beban karma yang makin besar.

Tahapan reinkarnasi yang keempat disebut sebagai yang paling berat.
Di dunia Barat, ini sering disebut sebagai “penyaliban”, sedangkan di Timur disebut “pengorbanan besar”.
Pada tahap ini, seseorang benarbenar melepaskan semua aspek rendah dalam dirinya demi mengalami pertumbuhan spiritual yang tinggi. Inilah tahap yang dianggap paling menyakitkan dalam seluruh proses reinkarnasi.

Semakin Tinggi Tingkat Karma, Semakin Berat Bebannya

Banyak orang berpikir bahwa semakin tinggi tingkat spiritual seseorang, maka karma yang harus ditanggung jadi makin ringan. Tapi justru sebaliknya. Orang yang sudah berevolusi jauh justru menanggung lebih banyak beban karma dunia.
Mereka adalah orangorang yang menjadi pelayan bagi dunia—mereka datang ke dunia bukan sekadar hidup, tapi juga melayani. Semakin tinggi perkembangan spiritual seseorang, semakin besar pula pengabdiannya bagi dunia.

Menguasai Takdir Sendiri

Ketika jiwa seseorang sudah mencapai tingkat inisiasi ketiga, hukum karma tidak lagi berlaku padanya seperti sebelumnya. Ini karena orang tersebut sudah bisa “mengatur” takdirnya sendiri. Ia sudah menjadi jiwa spiritual yang sadar, yang sepenuh hati melayani dunia, dan mampu mengendalikan hukum sebabakibat dalam hidupnya.

Meski ia mungkin masih memiliki guru spiritual, tapi pada dasarnya ia tetap menjadi penguasa atas dirinya sendiri. Proses ini tentu tidak terjadi dalam semalam, tapi lewat perjalanan panjang dan aktif, dengan bimbingan dari jiwa yang telah bereinkarnasi.

Orang seperti ini bukan cuma menguasai tindakannya, tapi juga paham dan siap dengan segala akibat dari keputusan yang diambilnya. Ketika nantinya semua kehidupan masa lalunya mulai terbuka dan terlihat jelas, ia akan punya pemahaman yang lebih dalam terhadap dirinya sendiri. Dan bersamaan dengan itu, beban karma yang harus ia tanggung juga akan dibuka di dunia fisik.

Menjadi Seorang Master

Tujuan akhirnya adalah: ketika seseorang sudah siap untuk naik ke tahap inisiasi kelima, ia akan menjadi Master sejati.
Di tahap ini, seluruh karma akan terbakar habis, diselesaikan, dan dikembalikan ke sumber aslinya—yaitu asal mula dari semua kehidupan.

Cara Terbaik untuk Menyelesaikan Karma

Dalam hidup, kita nggak selalu mendapatkan apa yang kita mau—dan itu memang kenyataannya. Hidup memang seperti itu, dan nggak ada yang bisa mengubahnya.
Ada banyak teori tentang bagaimana tindakan seseorang bisa memengaruhi hidupnya. Salah satu teori yang cukup terkenal adalah teori positif, yang bilang bahwa tindakan seseorang sebenarnya nggak punya akibat apaapa karena pada dasarnya takdir itu baik.

Tapi ada juga teori atau kepercayaan lain yang disebut karma.

Karma adalah hasil langsung dari apa yang dilakukan seseorang—baik itu perbuatan baik atau buruk. Jadi, karma itu nggak selalu soal balasan buruk seperti yang banyak orang pikir. Faktanya, karma punya dua sisi: sisi baik dan sisi buruk.

Karma baik adalah hasil dari perbuatan baik, sedangkan karma buruk muncul karena tindakan yang jahat atau negatif. Nah, bagian ini akan membahas cara untuk menghindari karma buruk.
Seperti yang kamu tahu, pikiran dan perasaan kita biasanya jadi alasan utama kenapa kita bertindak.
Kalau kamu bisa mengendalikan pikiran dan emosimu, kamu bisa mengendalikan karmamu. Karena itu, tips di bawah ini adalah cara paling efektif buat menghindari karma negatif.

Berpikir Positif

Lebih dari setengah orang di dunia cenderung berpikiran negatif atau pesimis. Hal ini bisa membuat hidup mereka jadi penuh masalah dan halhal yang nggak mereka inginkan.

Dengan berpikir positif, kamu bisa mengurangi risiko mengalami akibat buruk dari karma negatif.
Jangan gampang menyerah saat menghadapi kesulitan. Karena kalau kamu menyerah, itu artinya kamu pasrah pada energi negatif yang ada di sekitarmu.
Dan kalau itu terjadi, bisa muncul kejadiankejadian buruk yang nggak cuma merugikan kamu, tapi juga bisa berdampak ke orang lain dan dunia di sekitarmu.

Kegagalan adalah Jalan Menuju Kesuksesan

Banyak orang gagal menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya penuh pelajaran berharga. Mungkin terdengar aneh, tapi kegagalan itu seperti batu loncatan menuju keberhasilan.

Jadi, kalau kamu terus gagal dalam apa pun yang kamu kerjakan, jangan langsung putus asa. Anggap aja itu tantangan, dan gunakan kegagalan itu sebagai motivasi untuk jadi lebih baik.

Ada pepatah bijak yang bilang bahwa hidup manusia itu seperti panah. Kamu adalah panah itu.
Ketika kamu sudah ditarik mundur sejauhjauhnya lewat berbagai ujian dan rintangan, artinya kamu sedang bersiap untuk diluncurkan tinggitinggi ke arah yang lebih hebat. Dan itu bisa terjadi lebih cepat dari yang kamu kira.

Sabar Memang Berarti

Meskipun sekarang kesabaran nggak terlalu dianggap penting, tapi sebenarnya kesabaran itu tetap perlu dilatih karena bisa memberikan banyak kebijaksanaan dalam hidup.

Bersabar bukan berarti kamu harus terus berkorban atau memaafkan terusmenerus. Tapi lebih kepada menyadari bahwa segala sesuatu ada waktunya.

Kalau kamu nggak punya kesabaran atau nggak mau belajar sabar, kamu akan gampang meledak setiap kali ada masalah.
Kalau sudah begitu, bukan cuma masalah tambah besar, tapi karma buruk pun bisa datang. Dan kamu pasti nggak mau mengalami akibat dari karma buruk—karena itu bisa merusak hidupmu.

Hubungan yang Sehat Mengakhiri Siklus Karma

Banyak penelitian mendukung teori tentang karma dan reinkarnasi. Teoriteori ini masih dianggap sebagai penjelasan yang masuk akal untuk berbagai misteri hidup yang rumit.
Salah satu gagasan yang berkaitan dengan teori reinkarnasi adalah bahwa tidak ada kejadian yang benarbenar kebetulan dalam hidup. Semua orang lahir dengan kecenderungan dan kemampuan tertentu yang merupakan hasil dari kehidupan mereka di masa lalu.

Hubungan antara Jodoh dan Karma

Banyak orang penasaran: “Apakah pasangan saya sekarang adalah jodoh sejati saya?”
Beberapa sampai mencari petunjuk atau jawaban atas hal ini, padahal konsep jodoh sebenarnya punya banyak bentuk. Misalnya:

  • Pasangan yang sangat romantis
  • Pasangan yang mendatangkan keuntungan secara materi
  • Pasangan yang rajin bekerja
  • Pasangan yang membuat hidup terasa menyenangkan
  • Pasangan yang menantang dan mendorong pertumbuhan pribadi
  • Atau bahkan pasangan yang toksik, yang membawa banyak karma buruk

Banyak orang pernah menjalani hubungan yang sulit. Sebagian mungkin bersyukur hubungan itu sudah berakhir dan berharap tidak pernah bertemu mantan mereka lagi.
Tapi sayangnya, kemungkinan untuk bertemu lagi itu tetap ada—baik itu dengan mantan, rekan bisnis, atau orang lain yang pernah dekat di kehidupan sebelumnya.
Hal ini terjadi karena ikatan karmis kalian belum sepenuhnya selesai, jadi masih ada “taritarian karma” yang belum tuntas di antara kalian.

Maafkan dan Lepaskan

Kalau kamu tidak bisa melepaskan perasaan negatif terhadap seseorang, kamu justru sedang menarik jiwa orang itu untuk hadir lagi dalam kehidupanmu yang akan datang.

Wajar kalau kamu merasa marah, kecewa, atau nggak bisa menerima—itu bagian dari emosi manusia. Tapi kalau kamu nggak belajar memaafkan dan menerima kejadian itu sebelum kamu meninggal, bisa jadi kamu akan mengulang pelajaran yang sama di kehidupan berikutnya.

Belajar memaafkan dan melepaskan itu memang nggak mudah, tapi proses ini bisa membantumu melihat gambaran besar dari kehidupan.
Kamu jadi sadar bahwa ada pelajaran berharga di balik masamasa sulit, bisa lebih mengerti kekurangan orang lain, dan bersyukur karena kamu cukup kuat untuk bangkit dari rasa sakit itu.
Melihat semua itu dari sudut pandang spiritual, bukan hanya agama, bisa membantumu menemukan kedamaian yang kamu butuhkan.

Akhiri Hubungan dengan Damai agar Karma Juga Berakhir

Kalau sebuah hubungan berakhir dengan damai, tanpa dendam atau kebencian, terutama dari pihakmu, dan kamu benarbenar memaafkan, maka karma dari hubungan itu juga selesai.

Artinya, kamu punya peluang untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang itu di kehidupan berikutnya—kalau memang jiwa kalian bertemu lagi.
Bisa jadi, sahabat terbaik atau pasangan paling harmonis kamu di kehidupan ini dulunya adalah musuhmu di kehidupan sebelumnya.

Perasaan yang sangat kuat—baik cinta maupun benci—itu seperti tali tak terlihat yang mengikat dua jiwa. Tali ini bisa bikin mereka bertemu lagi di kehidupan selanjutnya.

Memutus tali karma, terutama kalau berkaitan dengan hubungan personal, bukan hal gampang. Tapi kalau kamu berhasil, kamu bisa mencapai pertumbuhan pribadi yang lebih tinggi, bukan cuma secara spiritual tapi juga di level jiwa.

Apakah Kemalangan Selalu Balasan dari Kehidupan Masa Lalu?

Memahami Konsep Karma dan Kaitannya dengan Reinkarnasi

Banyak filsuf, pemikir, dan orang biasa percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita pasti punya alasan, meski kita tidak bisa memahaminya.
Keyakinan ini ada benarnya, tapi sulit bagi manusia untuk benarbenar menjelaskan dengan logika apa tujuan dari kejadiankejadian itu.

Ada sekelompok orang dari berbagai belahan dunia yang percaya bahwa hidup para leluhur bisa memengaruhi hidup anak cucunya.
Mereka juga percaya bahwa setiap orang pernah hidup sebelumnya (reinkarnasi), dan kehidupan masa lalu itu bisa memengaruhi keberuntungan atau kesialan kita saat ini.

Untuk memperjelas kebingungan seputar hal ini, berikut beberapa pertanyaan dan jawabannya yang bisa memberi gambaran umum.

Pertanyaan: Kalau Tuhan itu ada, kenapa masih ada kemalangan dan kejahatan?

Pertanyaan ini memang rumit, dan jawabannya pun bisa bermacammacam tergantung sudut pandangnya.

Kalau dilihat dari pandangan agama Kristen, keberadaan Tuhan dipercaya sepenuhnya berdasarkan iman, bukan logika. Jadi, meskipun nggak bisa dijelaskan secara masuk akal, tetap saja mereka meyakini bahwa Tuhan itu ada.

Tapi kalau kita melihat dari sudut pandang agama atau kepercayaan lain seperti Buddha atau paganisme, jawabannya bisa berbeda.
Beberapa percaya bahwa manusia sudah hidup sejak lama tapi dalam bentuk kehidupan yang berbedabeda.
Meski kebanyakan orang percaya bahwa hidup itu hanya sekali, ada juga yang yakin bahwa satu nyawa yang hilang akan berganti dengan kehidupan baru.

Pertanyaan: Kalau kita percaya pada reinkarnasi, apakah kehidupan masa lalu menentukan kehidupan kita sekarang?

Ini adalah pertanyaan yang banyak diperdebatkan.
Jawaban orang bisa berbedabeda tergantung agama atau kepercayaannya. Tapi banyak juga yang percaya bahwa karma itu adalah bagian dari reinkarnasi.

Sebenarnya, karma bukan soal balas dendam, tapi lebih kepada akibat dari setiap tindakan yang kita lakukan.
Karma nggak selalu tentang hal buruk. Kalau kita melakukan kebaikan, maka halhal baik juga akan datang. Ini mirip dengan ajaran banyak agama, termasuk Kristen—semakin banyak berbuat baik, maka hidupmu akan diberkati.

Jadi masuk akal kalau dikatakan bahwa kehidupan masa lalu bisa memengaruhi kehidupan kita sekarang.

Kalau kamu terus melakukan halhal baik, maka kemalangan akan menjauh. Tapi kalau sebaliknya, maka kesialan bisa terus membayangi hidupmu.

Penutup: Bahaya Mengetahui Kehidupan Masa Lalu

Melalui hipnosis, kamu bisa melihat kembali kehidupan masa lalu. Banyak orang merasa ini menarik—karena kamu bisa melihat sisi lain dari dirimu di masa lalu.
Tapi kamu juga harus tahu bahwa melihat kehidupan masa lalu bisa berdampak besar, terutama pada emosi dan kondisi mentalmu.

Kalau kamu tetap ingin mencobanya, pastikan kamu sudah siap secara emosional dan mental. Dan yang paling penting, cari orang yang memang profesional dan bisa dipercaya untuk melakukannya.

Menumpuk Karma

Saat kamu “kembali” ke kehidupan masa lalu, kamu juga sedang membuka kembali karma lamamu.
Kamu perlu ingat bahwa di kehidupan sekarang pun kamu sudah membawa beban karma—baik dari kehidupan sekarang maupun masa lalu.
Kalau kamu membuka kembali kehidupan lama, kamu bisa juga membuka karma yang belum selesai atau belum matang dari masa lalu.

Semua ini akan masuk ke alam bawah sadarmu sebagai bagian dari sebabakibat atas apa yang kamu alami.

Menghidupkan Kembali Trauma Masa Lalu

Mungkin sekarang kamu hidup dengan baik, tapi bagaimana kalau ternyata kehidupanmu di masa lalu penuh dengan penderitaan?
Dengan melihat kehidupan sebelumnya, kamu juga membuka kembali emosi dan kenangan lama yang mungkin selama ini tidak kamu sadari.

Bahkan, beberapa kenangan bisa terasa sangat nyata, seolah kamu benarbenar mengalaminya lagi.

Apakah kamu yakin tidak akan trauma setelah tahu penderitaan yang kamu alami di masa lalu?

Satu lagi bahaya yang sering disebut oleh para spiritualis atau hipnoterapis adalah “aspecting”.
Ini adalah kondisi di mana kepribadian dari masa lalumu mengambil alih kepribadianmu yang sekarang.

Kalau ini terjadi, kamu bisa mengalami krisis identitas, karena dua kepribadian itu saling bentrok.
Setelah kamu sadar dari hipnosis, kamu tetap tidak bisa melupakan trauma masa lalu yang sudah kamu lihat.
Akibatnya, kamu bisa jadi melankolis, sedih terusmenerus, atau susah untuk hidup sepenuhnya di masa sekarang karena masih terjebak di masa lalu.

Bagaimana Menghindari Risiko Ini?

Sebelum memutuskan untuk melihat kehidupan masa lalu, tanya pada dirimu:
“Apa aku bisa hidup tanpa tahu siapa aku di kehidupan sebelumnya?”
Dan kalaupun kamu tahu, apakah itu akan benarbenar membantu hidupmu yang sekarang?

Kalau rasa penasaranmu tetap kuat, pastikan kamu memilih ahli hipnoterapi yang terlatih dan berpengalaman.
Mereka bisa membimbingmu saat terjadi trauma selama sesi regresi.
Akan lebih baik juga kalau mereka tahu bagaimana cara menghindari “aspecting”, supaya kamu tidak kesulitan menyatukan kepribadianmu yang sekarang dengan yang dari masa lalu.

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *