Tips Spiritual Untuk Menemukan Kembali Tujuan Hidup Sejati

Tips Spiritual Untuk Menemukan Kembali Tujuan Hidup Sejati – Sebelum Tuhan menciptakan manusia di bumi, Ia lebih dulu menyiapkan segala sesuatu yang berharga dan menyenangkan untuk kebutuhan dan kebahagiaan manusia.
Dalam kitab Kejadian, halhal itu disebut dengan sederhana sebagai “barangbarang”. Semua itu diciptakan untuk digunakan manusia, tapi tetap dimaksudkan untuk berada di luar diri manusia dan tunduk kepadanya.
Namun, dosa membuat semuanya jadi rumit. Hadiah dari Tuhan yang seharusnya menjadi berkat, justru bisa jadi sumber kejatuhan bagi jiwa manusia.
Mungkin ini saatnya bagi manusia untuk memperbaiki hubungan spiritualnya.
Daftar isi
Terlalu Fokus Pada BarangBarang
Mobil, pakaian, makanan, alkohol—dunia seolah mendorong kita untuk berlebihan dalam segala hal. Semua yang kita punya seakanakan harus dibeli terusmenerus, bahkan sampai berlebihan.
Berapa banyak dari kita yang merasa harus ikutikutan beli mobil terbaru seperti tetangga, tapi akhirnya harus berutang pakai kartu kredit dan hidup dalam lilitan utang?
Jangan salah paham, Tuhan ingin kita menikmati hidup dan memiliki halhal baik. Tapi pertanyaannya adalah:
Seberapa besar kita menghargai barangbarang yang kita punya, dan apakah kita menaruh nilai yang lebih besar pada mereka dibanding Tuhan sendiri?
Tuhan adalah Tuhan yang cemburu. Hanya Dia yang layak dipuji dan dihormati. Tuhan terlalu mulia untuk digantikan oleh mobil atau barang mewah lainnya!
Pahami Apa yang BenarBenar Penting
Masalah kita mulai muncul saat “barangbarang” mulai menguasai hidup kita. Di dalam hati manusia, barangbarang itu mulai mengambil tempat penting. Akibatnya, banyak orang kehilangan kedamaian dalam hatinya.
Ini bukan sekadar kiasan. Ini adalah kenyataan masalah spiritual kita. Sebagai manusia, kita punya kecenderungan untuk memiliki, selalu ingin menguasai.
Kita sangat ingin memiliki barangbarang, dengan cinta yang begitu kuat. Katakata seperti “punyaku” dan “milikku” kelihatan biasa saja, tapi sesungguhnya itu mencerminkan penyakit di dalam hati manusia.
Hati kita terlalu terikat pada bendabenda, dan kita takut kehilangannya. Padahal sejak awal, bendabenda itu tidak pernah dimaksudkan untuk jadi hal yang utama.
Hadiah dari Tuhan malah menggantikan Tuhan itu sendiri. Dan inilah yang mengacaukan tatanan hidup.
Tampaknya di dalam diri kita ada musuh tersembunyi yang kalau dibiarkan, bisa merugikan kita. Sifat utamanya adalah rasa ingin memiliki.
Cara untuk mengenal Tuhan lebih dalam adalah dengan menjadi pribadi yang tidak terikat pada bendabenda.
Orang yang sungguhsungguh memiliki Kerajaan Allah adalah mereka yang rela melepaskan keterikatan pada halhal duniawi, dan tidak lagi merasa bahwa segala sesuatu itu harus mereka miliki.
Saya sarankan kamu benarbenar mempertimbangkan hal ini. Ini adalah penanda penting dalam perjalanan pemulihan spiritual kita.
Jangan diabaikan. Lakukan selangkah demi selangkah. Kalau kita melewatkan satu langkah saja, kita bisa kehilangan arah.
Bakat dan kemampuan yang kita punya harus diserahkan kembali kepada Tuhan. Kita harus sadar bahwa semua itu hanyalah pinjaman dari Tuhan, bukan milik pribadi.
Kita tidak punya hak untuk menyombongkan diri atas kemampuan tertentu, sama halnya seperti kita tidak bisa memilih warna mata atau kekuatan fisik.
Kalau kita ingin makin dekat secara spiritual dengan Tuhan, kita harus benarbenar memahami ini.
Kadang kita merasa lelah, putus asa, dan merasa tidak sanggup melanjutkan. Tapi Tuhan bisa memakai apa pun yang kita punya—meskipun kecil.
Kalau kita mau menyerahkan itu kepadaNya, kita akan takjub melihat apa yang bisa Tuhan lakukan dalam hidup kita.
Sekecil apa pun yang kita punya, serahkan pada Tuhan.
Taat akan membawa berkat. Kuasa Tuhan dalam mencukupi akan selalu lebih besar dari kemampuan kita untuk menerima.
Tuhan akan mencurahkan berkatNya ketika kita bersedia menyerahkan apa yang kita miliki. Dia sanggup memenuhi setiap kebutuhan, memindahkan setiap gunung, dan menyelesaikan setiap masalah.
Yang Bisa Kita Doakan:
“Ya Bapa, aku ingin lebih dekat denganMu, tapi hatiku yang pengecut takut melepaskan semua bendabenda yang kusayang. Rasanya berat untuk meninggalkan semuanya itu. Aku mohon pertolonganMu. Tolong singkirkan dari hatiku semua hal yang sudah terlalu melekat dalam hidupku, supaya aku bisa lebih dekat denganMu. Maka hatiku akan merasa penuh, karena Engkau ada di sana.”
Lihat Lagi Hubunganmu dengan Tuhan
Memang benar, keteraturan dalam alam semesta bergantung pada hubungan yang tepat—untuk mencapai harmoni, segala sesuatu harus ada di posisi yang benar terhadap yang lainnya.
Dalam hidup, sering kali kekacauan moral terjadi karena hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama menjadi rusak.
Kalau semua hal lain gagal, satu hal yang pasti adalah: hubungan manusia dengan Tuhan telah berubah secara drastis. Manusia mulai bersikap berbeda terhadap Penciptanya, dan saat itulah hubungan yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan sejati mulai hancur.
Koneksi spiritual yang sejati adalah ketika kita mengembalikan hubungan yang benar antara manusia dan Penciptanya.
Tentang Hubungan
Hidup spiritual yang baik dimulai dengan memperbaiki hubungan antara Tuhan dan diri kita sendiri. Harus ada perubahan yang disadari dan menyeluruh dalam diri kita.
Kalau kita mau membenahi hubungan, kita harus mulai dari suatu titik dasar. Harus ada satu titik patokan tempat segalanya dinilai, yang tidak bisa diganggu gugat, yang menjadi pusat kebenaran. Titik dasar itu adalah Tuhan. Semua hal lain dinilai dari posisi itu.
Jadi mari kita mulai dari Tuhan. Dia adalah yang pertama dan yang terakhir. Dia yang tertinggi dalam segala kehormatan dan kemuliaan. Setiap jiwa adalah milik Tuhan.
Karena Tuhan adalah siapa dan apa adanya Dia, dan kita adalah siapa dan seperti apa adanya kita, maka hubungan yang benar antara kita dan Tuhan adalah tunduk pada kehendakNya.
Kita berutang hormat dan penghormatan sebesar mungkin kepadaNya.
Begitu kita mantap dalam hati bahwa kita ingin memuliakan Tuhan di atas segalanya, kita akan makin dekat dengan kepenuhan spiritual.
Kita akan mulai tidak terlalu terikat pada halhal duniawi.
Kita akan punya cara pandang baru. Pola pikir baru akan tumbuh di dalam kita. Energi dan semangat baru akan muncul dan mengejutkan kita sendiri.
Jangan takut kamu akan kehilangan sesuatu yang penting dengan cara ini.
Kamu tidak akan kehilangan harga diri atau kehormatan dengan menempatkan Tuhan di atas segalanya.
Justru kamu akan menemukan posisi yang tepat dalam spiritualitasmu.
Kalau kamu masih merasa berat untuk menyerahkan kehendakmu pada kehendak Tuhan, ingatlah satu hal:
Kita pasti akan tunduk pada sesuatu—entah itu Tuhan, atau kejahatan.
Tidak ada yang netral.
Memang tidak mudah untuk menempatkan Tuhan di atas segalanya. Kadang kita ingin, tapi tidak punya kekuatan untuk benarbenar melakukannya.
Seluruh diri kita harus membuat keputusan itu lebih dulu, baru hati kita bisa merasakan kedamaian yang sejati.
Tuhan ingin kita hidup dengan lebih berkelimpahan dan penuh kemenangan. Tapi untuk hidup seperti itu, kita harus lebih dulu menyerahkan semuanya kepadaNya dan menempatkanNya di atas segalanya.
Doa Minta Pertolongan:
“Ya Tuhan, aku ingin lebih dekat denganMu. Aku ingin menempatkanMu di atas segalanya. Aku sudah bertekad untuk menjadikanMu yang utama. Tolong bantu aku untuk tetap memuliakanMu, bahkan kalau itu berarti aku harus kehilangan kenyamanan hidup dan mengalami masa sulit. Aku tetap akan melanjutkan.”
Iman Itu Sangat Penting
Banyak orang percaya bahwa Tuhan itu ada. Mereka menganggap Tuhan itu nyata, tapi tidak cukup “dekat” atau “terasa” dalam hidup mereka untuk benarbenar memengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak.
Tapi percaya kepada Tuhan berarti punya keyakinan bahwa Tuhan akan melakukan semua yang telah Ia janjikan kepada kita.
Tuhan ingin kita bertindak berdasarkan kepercayaan itu. Dia mengharapkan kita punya iman yang hidup, yang percaya penuh pada keberadaan, kuasa, dan janjijanjiNya.
Percaya
Iman bukan semacam ramuan ajaib. Tapi iman bisa membawa kita pada sikap yang percaya dan yakin kepada Tuhan.
Iman mendorong kita untuk yakin akan kuasa Tuhan dan kesediaanNya untuk bertindak dalam hidup kita.
Iman bukan cuma keyakinan dalam pikiran. Ketika iman tumbuh, ia berubah menjadi komitmen.
Bukan hanya percaya bahwa Tuhan akan terlibat dalam hidup kita, tapi juga mau melakukan kehendakNya.
Iman adalah kepercayaan. Tapi jangan sampai kita terjebak dalam kesalahan lama yang mengira bahwa “percaya bahwa Tuhan ada” berarti kita sudah punya iman.
Banyak orang berpikir seperti itu. Mereka bilang, “Saya percaya Tuhan ada,” lalu mereka merasa sudah cukup.
Padahal, percaya bahwa Tuhan ada hanyalah langkah awal dari iman.
Ada dunia spiritual di sekitar kita. Dunia itu menyelimuti kita, dekat sekali, dan bisa dijangkau oleh batin kita, menunggu kita untuk menyadarinya.
Tuhan sendiri ada di sini, menunggu respons kita terhadap kehadiranNya. Tuhan dan dunia spiritual itu nyata. Kita bisa percaya itu sekuat kita percaya dunia nyata yang kita lihat setiap hari.
Halhal rohani itu ada, atau bahkan lebih tepatnya “di sini”, menunggu perhatian kita dan menantang kita untuk percaya.
Iman bukan sekadar harapan kosong, bukan sekadar perasaan “semoga semuanya baikbaik saja”.
Iman adalah keyakinan yang kuat dan dalam bahwa Tuhan sangat peduli pada kita dan selalu bertindak untuk kebaikan kita.
Setiap orang bisa punya iman seperti ini. Bahkan, kita harus memilikinya jika kita ingin menyenangkan dan mengasihi Tuhan.
Seperti tertulis dalam Alkitab:
> “Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepadaNya. Sebab siapa yang datang kepada Allah harus percaya bahwa Ia ada, dan bahwa Ia memberi upah kepada orang yang sungguhsungguh mencari Dia.”
Mengubah hidup untuk tunduk kepada Tuhan — yang dalam Alkitab disebut sebagai pertobatan — berakar dari keyakinan bahwa Tuhan akan turun tangan dalam hidup kita dan pada akhirnya memberikan hidup yang kekal.
Hanya berkata “saya percaya” tanpa diikuti perubahan hidup tidaklah cukup.
Iman yang menyelamatkan bukan cuma soal tahu apa yang Tuhan mau dari kita, tapi juga melakukannya.
Kita harus membangun iman kita di atas pemahaman yang benar akan Firman Tuhan, dan berkomitmen untuk hidup sesuai dengan Firman itu.
Apa yang Disadari Oleh Orang yang Spiritual
Jadi, bagaimana sih cara berpikir orangorang yang spiritual?
Jawabannya ada dalam bagaimana mereka menerima dan menjalani keyakinankeyakinan tertentu.
Pola Pikirnya
Orang yang spiritual percaya bahwa kalau mereka butuh belajar atau tahu sesuatu, maka Tuhan akan menyediakan jalan untuk belajar hal itu—biasanya lewat guru atau pembimbing.
Guruguru ini bisa muncul dalam berbagai bentuk: bisa berupa orang lain, buku, seminar, acara radio atau TV, bahkan situs web yang berfokus pada halhal spiritual dan jawaban yang kita cari.
Misalnya, kalau kamu sampai di sini hari ini dan membaca ini untuk pertama kalinya—jangan anggap itu kebetulan semata.
Ada Kuasa yang lebih besar yang membawa kamu ke sini. Kuasa yang jauh melebihi logika dan katakata.
Orangorang spiritual sadar bahwa mereka tidak pernah sendirian. Mereka paham bahwa dunia ini seperti sekolah—tempat di mana kita belajar berbagai pelajaran berharga dan membangun hubungan yang lebih tinggi.
Mereka percaya bahwa Tuhan selalu ada bersama mereka, bahkan lebih dekat dari sekedipan mata.
Berbeda dengan orang yang tidak spiritual—yang kalaupun percaya pada Tuhan, biasanya melihatNya sebagai sosok yang jauh, duduk di langit, mengawasi kita dari kejauhan, dan suatu hari nanti akan menghakimi kita.
Orang spiritual percaya bahwa Kerajaan Tuhan ada di dalam dan di luar diri mereka—menyelimuti hidup mereka seperti kepompong—dan bahwa para malaikat atau utusan Tuhan selalu berada di samping mereka.
Sementara itu, orang yang tidak spiritual biasanya menganggap semua ini omong kosong.
Lucunya, mereka mungkin percaya pada alien, hantu, atau pengalaman mendekati kematian, tapi tidak percaya pada dunia tak terlihat, pada dimensi spiritual yang tak bisa dirasakan oleh lima pancaindra, di mana Tuhan yang penuh kasih dan kuasa memerintah?
Buat mereka, itu dianggap mengadaada.
Pola pikir mereka—atau setidaknya yang sering dikatakan—adalah:
Kamu lahir, kamu hidup, kamu mati. Semua kamu jalani sendiri. Selesai.
Tidak ada kekuatan tak terlihat yang menghibur, menolong, atau mendengarkan kalau kita butuh bantuan.
Kita hidup sendirian dan mati sendirian. Titik.
Padahal kenyataannya, Tuhan itu mudah ditemukan tapi memang tidak selalu mudah dipahami.
Menemukan Tuhan dalam hidupmu—baik dalam hal kecil maupun dalam keajaiban dunia ini—cuma butuh percaya dan iman bahwa ada Pribadi yang lebih besar dengan rencana besar.
Ketika kita menerapkan pemahaman itu dan memperdalam hubungan pribadi dengan Tuhan, kita ikut ambil bagian dalam rencana besarNya untuk dunia ini.
Bukan cuma hidup kita jadi penuh makna, tapi juga kita akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi.
Tips Untuk Menjadi Lebih Spiritual
Apa yang kamu harapkan saat menjalani hariharimu?
Kalau kamu hanya merencanakan halhal yang baik, kamu akan menemukan Tuhan ada di tengahtengah rencanamu.
Ingatlah, rencana Tuhan untuk hidupmu adalah yang terbaik.
Kalau kamu mau berusaha mencari Dia dan mulai membuat rencana untuk hidup yang lebih baik, Tuhan akan membimbingmu. Dia akan menuntun langkahlangkahmu.
Kamu tidak perlu lagi menjalani hidup tanpa arah. Tuhan sungguh ingin menunjukkan rencanaNya untukmu.
Wujudkan Hal Itu
Sadari bahwa Tuhan bukan sedang menilai kamu atau menuntut kamu jadi “sempurna”.
Yang Tuhan inginkan adalah hubungan dengan kamu.
Semakin kamu mendekat kepada Tuhan dan menyelaraskan pikiranmu denganNya, hidupmu akan berubah dari dalam—bukan hanya sekadar memperbaiki halhal luar yang kelihatan.
Akui bahwa kamu pernah salah.
Setiap orang pasti pernah berbuat dosa.
Mengenal Tuhan bukan berarti kamu harus mematuhi daftar aturan tanpa cela dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Dengan mengakui bahwa kamu pernah salah, baik yang besar maupun kecil, kamu sedang memberi ruang bagi Tuhan untuk menangani masa lalumu.
Tegaskan bahwa kamu mau meninggalkan halhal buruk yang masih kamu lakukan sekarang.
Orang yang punya hubungan kuat dengan Tuhan tidak akan diam di tempat. Mereka selalu ingin jadi lebih baik, lebih penuh kasih, lebih peduli, dan lebih terlibat dalam hal baik.
Tuhan akan menggantikan kebiasaan buruk dalam hidup kita dengan keinginankeinginan yang lebih mulia dan bermakna.
Cari tahu lebih banyak tentang Tuhan.
Kamu nggak akan pernah selesai belajar tentang Tuhan.
Mulailah dengan membaca Alkitab, bisa dari Perjanjian Baru atau kitab Amsal.
Biarkan Tuhan berbicara lewat doamu.
Gabung ke komunitas belajar Alkitab atau tempat ibadah untuk mendapatkan dukungan.
Terimalah pengorbanan Tuhan atas dosa dunia—dan dosamu—melalui kematian Yesus.
Percayalah bahwa pengorbananNya cukup untuk menjamin keselamatanmu dan tempatmu dalam keluarga kudus Tuhan.
Terimalah kasih yang tanpa syarat, pengampunan, dan penerimaan yang Tuhan sediakan.
Singkirkan pandangan negatifmu tentang orangorang rohani.
Iman sering mendapat cap jelek karena kesalahan orangorang yang tidak sempurna—bukan karena Tuhannya yang salah.
Tidak ada manusia yang sempurna. Coba ingat bahwa Tuhan mengasihi mereka sebesar Dia mengasihimu.
Fokuslah pada pertumbuhan rohanimu sendiri dan serahkan yang lainnya kepada Tuhan.
Lanjutkan perjalananmu bersama Tuhan:
Datang ke gereja yang mengajarkan Alkitab.
Ikut kelompok belajar Alkitab.
Rutin membaca Alkitab dan berdoa.
Penutup
Ada halhal yang bisa kamu lihat dengan mata, dan ada juga yang hanya bisa kamu lihat dengan hati.
Orang yang spiritual percaya bahwa mereka adalah jiwa yang punya tubuh, bukan tubuh yang kebetulan punya jiwa.
Mereka tidak menganggap dirinya sebagai manusia yang sedang mengalami pengalaman spiritual, tapi makhluk spiritual yang sedang menjalani pengalaman manusia di bumi.
Mereka percaya bahwa tubuh fisik hanyalah “bungkus luar”, dan inti sejati mereka adalah jiwa yang kekal—bagian dari Tuhan sendiri.
Mereka menyadari bahwa ada “indra lain” di luar lima indra fisik kita. Lewat indra inilah mereka bisa merasakan kehadiran Surga—dunia yang tak terlihat, dunia yang mereka percayai dan mereka kunjungi setiap hari lewat doa, meditasi, dan perenungan.
Mereka percaya bahwa kalau Tuhan menciptakan mereka, pasti ada alasan tertentu di baliknya.
Dan mereka percaya alasan itu adalah untuk membantu sesama manusia selama mereka hidup di bumi.
Cinta kasih menjadi dasar hidup mereka—seperti halnya yang dilakukan oleh Kristus, Juru Selamat umat manusia.
Bagi mereka, tidak ada yang lebih kuat dari kelembutan sejati, dan tidak ada yang lebih lembut dari kekuatan yang sejati.